Senin, 11 September 2023

Pewarnaan Gram

 PEWARNAAN GRAM





I . Tujuan

Menganuti dua kelompok bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif, dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram, Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut. 


II. Prinsip

  1. Teknik Aseptis
    Cara kerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan ( Siswaya, 2014 ).

  2. Pewarnaan Diferensial
    Memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro, 2005).

  3. Ikatan Ion

    Ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna ( Volk & Wheeler, 1984 ).

  4. Absorbsi
    Proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia) ( Setyowati, 2009 ). 


III. Teori Dasar

Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode tersebut diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumococcus dan bakteri Klebsiella Pneumonia (Karmana,2008).

Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan gram negatif, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet. Contoh dari bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureas, sedangkan bakteri gram negatif misalnya adalah Eschericia Coli. Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarnaan gram, misalnya Mycobacterium sp, karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaantersebut sel bakteri akan berwarna merah tetapi sel jaringan akan berwarna hijau (James, 2002).

Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro, 2005). 

Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro, 2005).

Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro, 2005).

Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih kuat, sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol (Fardiaz, 1989).

Pewarnaan gram dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk membedakan bakteri apakah gram positif atau gram negatif, bakteri dicampur dengan tetesan air steril pada gelas objek, kemudian disebarkan ditengah gelas obyek sehingga membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Dengan kristal violet olesan bakteri digenangi selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir, dan dikering anginkan. Diberi yodium selama dua menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Selanjutnya diberi larutan pemucat yaitu alkohol 95%, tetes demi tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi, lalu dicuci pada air mengalir dan dikering anginkan. Kemudian digenangi lagi dengan safranin selama 30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering di udara. Warna merah pada olesan bakteri menujukkan bakteri gram negatif dan jika warna ungu menunjukkan bakteri gram positif (Pelczar, 2007).

Dalam taksonomi mikroba alat yang paling ampuh digunakan yaitu pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan untuk memisahkan anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana,dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram- negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara bakteri patogen,yang menyebabkan penyakit,spesies gram- negatif umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif. Lipopolisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif sering bersifat toksik (racun), dan membran bagian luar membantu melindungi bakteri gram-negatfi patogen melawawn sistem pertahanan inangnya. Lebih jauh, bakteri gram negatif umumnya lebih resisten terhadap antibiotik dibandingkan dengan gram-positif karena membran bagian luar itu mengahalangi masuknya obat-obatan ( Campbell, 2003 ).

Bakteri Gram Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan Gram. Contohnya Neisseria gonnorrhoaeae, Treponema pallidum, Vibrio Cholerae dan Bacillus subtilis. Sedangkan Bakteri Gram Negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda atau merah, kila diwarnai dengan pewarnaan gram. Contohnya Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Aryulina, 2004).

Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994).


IV. Alat dan Bahan

  1. Alat :

    1. Bak Pewarna.

    2. Buku Gambar

    3. Cawan Petri

    4. Kaca Objek.

    5. Kapas.

    6. Kertas Saring.

    7. Korek api

    8. Mikroskop Majemuk.

    9. Ose.

    10. Pembakar Spirtus.

    11. Pensil warna Merah, Biru, Ungu

    12. Spidol

  2. Bahan :

    1. Air Suling dalam Botol Semprot.

    2. Alkohol 70%.

    3. Alkohol 95%

    4. Desinfektan.

    5. Emersi Oil.

    6. Sampel Air Liur.

    7. Suspensi Campuran Bakteri E. coli dan S. Aureus

    8. Suspensi Campuran Bakteri E. coli dan B. subfilis

    9. Zat Warna Karbol Fuksin.

    10. Zat Warna Karbol Gentian Violet

    11. Zat Warna Lugol. 

 


V . Prosedur

Sampel suspensi bakteri di siapkan di dalam tabung reaksi. Kaca objek di sterilisasi dengan cara dicuci, lalu dimasukkan kedalam larutan desinfektan, kemudian dimasukkan kedalam larutan alkohol 70%. Setelah kaca objek disterilisasi, di lap menggunakan kapas sampai mengeluarkan suara berdecit. Lingkari bagian bawah kaca objek dengan spidol sebagai area untuk pengolesan sampel bakteri. Ose difiksasi dengan cara dibakar dengan pembakar spirtus sampai ose berpijar. Ose didinginkan dengan cara didekatkan dengan pembakar spirtus.

Dibuat olesan bakteri dari suspensi bakteri di atas kaca obyek yang bersih serta bebas lemak dengan menggunakan ose yang sudah di fiksasi. Setelah pengolesan, kaca objek di lewatkan di atas api pembakar spirtus sampai sampel di atas kaca objek berubah warna menjadi pucat (keputih putihan).

Kemudian letakkan kaca objek di atas bak warna, genangi olesan tersebut dengan pewarna karbol gentian violet selama 1 menit, buang zat warna yang berlebih, lalu dibilas dengan air suling. Genangi olesan dengan lugol selama 2 menit, buang lugol yang berlebih lalu bilas dengan air suling. Cuci olesan dengan pemucat alkohol 95% tetes demi tetes selama 30 detik atau sampai zat warna larut, lalu bilas dengan air suling. Genangi olesan dengan pewarna tandingan air fuksin selama 30 detik, buang warna yang berlebih, bilas dengan air suling lalu keringkan dengan kertas saring.

Teteskan sedikit minyak emersi pada gelas objek, lalu di periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X dan 100X. Diamati dan digambar hasilnya.


VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan gram. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.

Pertama yang dilakukan adalah sterilisasi kaca objek dengan cara di celupkan kedalam larutan desinfektan kemudian dicelupkan kedalam alkohol 70%. Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua mikroorganisme termasuk spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan digunakan. Setelah melakukan sterilisasi, kemudian melakukan olesan bakteri pada kaca objek, tetapi sebelumnya ose di fiksasi di api pada pembakar spiritus yang bertujuan untuk mematikan bakteri dengan cepat pada ose, supaya tidak tercampur dengan bakteri yang akan di uji.

Sebelum melakukan pengolesan bakteri kaca objek di beri tanda lingkaran di bawahnya sebagai tanda area untuk melakukan pengolesan sel bakteri dari suspensi. Pada percobaan kali ini pengolesan di lakukan dua kali dengan sampel suspensi campuran bakteri E. coli dan S. aureus & suspensi campuran Bakteri E. coli dan B. subfilis.

Kemudian melakukan pengolesan pada kaca objek dengan salah satu sampel suspensi campuran bakteri, setelah itu di fiksasi di atas api dengan cara di lewat lewatkan tidak terlalu dekat api supaya bakteri tidak mati. Fiksasi dalam tahap ini bertujuan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya, mempermudah pengecetan,dan sediaan tahan untuk disimpan jika belum sempat dicat.

Kaca objek yang sudah dioleskan bakteri kemudian di simpan di atas bak warna lalu di teteskan pewarna karbol gentian violet dan diamkan selama 1 menit. Karbol gentian violet merupakan campuaran fuchsin fenol, dan dasar yang digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba. Setelah 1 menit lalu di bilas dengan aquades. Lalu olesan di teteskan pewarna lugol dan diamkan selama 2 menit. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama.
Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol akan terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif. Setelah 2 menit, lugol di bilas dengan aquades. Kemudian olesan dicuci dengan alkohol 95% sampai zat warna larut. Alkohol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci atau tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.

Setelah pemberian alkohol 95% olesan diberikan atau di teteskan pewarna tandingan berupa karbol fuksin selama 30 detik. Karbol fuksin ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu. Setelah 30 detik bilas dengan aquades lalu dikeringkan dengan kertas saring. Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek dengan menggunakan aquades. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan.

Selanjutnya olesan di tetesi emersi oil sebanyak satu tetes. Minyak emersi adalah minyak yang di pakai untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek, dan melindungi mikroskop. Minyak emersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air, sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak emersi.

Dari hasil pengamatan mikroskop sampel suspensi campuran bakteri E. coli dan S. Aureus dapat teramati dengan ciri S. Aureus berbentuk coccus dengan warna violet yang menandakan bakteri tersebut bakteri gram positif, sedangkan E. coli berbentuk basil dengan warna merah yang menandakan bakteri tersebut bakteri gram negatif. Pada sampel yang kedua yaitu sampel suspensi campuran bakteri E. coli dan B. subfilis dapat teramati dengan ciri bakteri B. subfilis berbentuk basil dengan warna violet yang menandakan bakteri tersebut bakteri gram positif. Sedangkan bakteri E. coli sama seperti sampel pertama.

Beberapa perbedaan sifat yang terlihat antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif yaitu bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna violet sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri ini akan berwarna biru atau violet di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini di dasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal di banding bakteri gram negatif sehingga bakteri gram positif dapat mempertahan warna ungu.

 


VIII. Simpulan

Dapat mengamati dua kelompok bakteri yaitu gram positif dan gram negatif dengan menggunakan prosedur pewarnaan gram, dengan hasil bakteri S. Aureus dan bakteri B. subfilis sebagai bakteri gram positif, lalu bakteri E. coli sebagai gram negatif.

Dapat memahami setiap langkah dan reaksi reaksi kimia yang terjadi dalam proses tersebut yang dapat di lihat dari pewarna yang bereaksi dengan sel bakteri. 



DAFTAR PUSTAKA 

Aryulina, Diah.2004.Biologi Umum. Jakarta : Erlangga

Campbell, Nell.2003. Bilogi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Dwidjoseputro, D.2005.Dasar - Dasar Mikrobiologi.Malang: Penerbit Djambatan.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor : IPB

James, Joyce. 2002. Prinsip - Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Karmana, Oman. 2008. Biologi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama.
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali. Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

Siswaya,Yoanne.2014.Teknik Kultur Secara Aseptik. Tersedia online di http://www.academia.edu/6138539/Praktikum_2 [Diakses pada tanggal 8 Maret 2015].

Setyowati, Suparni.2009.Absorbsi. Tersedia online di http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/absorbsi/ [Di akses pada 8 Maret 2015].

Volk & Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta : Erlangga. 



Flora normal Kulit

 

Flora Normal Kulit




Definisi

Kulit manusia tidak steril dari bakteri. Terdapat bakteri yang menetap pada kulit berkisar 102 – 106 CFU/cm2Bakteri yang menetap tadi dapat mempengaruhi anatomi, fisiologi, dan suspektibilitas pada patogen. Mikroba normal yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tak semestinya atau bila ada faktor predisposisi.


Klasifikasi Flora Normal Kulit

Flora normal dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: flora residen dan flora transien.  Flora residen merupakan bakteri yang berada di lapisan dalam kulit. Letaknya dibawah sel superfisial lapisan stratum korneum dan dapat ditemukan di lapisan permukaan kulit, karena letaknya yang dalam itu flora jenis ini lebih sulit dihilangkan secara mekanik. Mikrobiota residen memiliki fungsi sebagai kompetitor nutrisi pada eksistem dan antagonis mikroba.  Potensial patogenik yang lebih rendah dibanding dengan flora transien merupakan hal yang penting untuk mencegah kolonisasi bakteri yang memiliki kemampuan menimbulkan penyakit lebih besar pada kulit. Flora jenis ini terdiri dari mayoritas staphylococcus koagulase negatif dan corynebacterium, dengan kepadatan populasi antara 103 dan 103 CFU/cm2.


Flora transien mengolonisasi lapisan permukaan kulit dengan waktu yang singkat dan biasanya didapatkan dari kontak dengan pasien atau lingkungan yang terkontaminasi. Organisme yang termasuk dalam flora transien mudah dihilangkan dengan kegiatan mekanis seperti mencuci tangan. pH rendah, fatty acid pada sekresi sebasea, dan adanya enzim lisozim adalah beberapa faktor penting dalam eleminasi flora non-residen dari kulit. Flora transien, diantaranya Staphylococcus aureus, basil gram negatif, atau Candida species, merupakan penyebab infeksi nosokomial paling tinggi dan berperan dalam penyebaran resistensi mikroba. 

EKTIMA

 EKTIMA






DEFINISI

Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus.

ETIOLOGI

Streptococcus B hemolyticus.

GEJALA KUNIS 

Tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning , biasanya berlokasi di tungkai bawah , yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal.

DIAGNOSIS BANDING

Impetigo krustosa. Persamaannya, kedua- duanya berkrusta berwarna kuning. Perbedaan- nya, impetigo krustosa terdapat pada anak , berlokasi di wajah, dan dasarnya ialah erosi. Sebaliknya ektima terdapat baik pada anak maupun dewasa, tempat predileksi di tungkai bawah, dan dasarnya ialah ulkus.

PENGOBATAN

Jika hanya sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik . Kalau banyak, juga diobati dengan antibiotik sistemik. 







FOLIKULITIS


FOLIKULITIS

 




DEFINISI

Radang folikel rambut.

ETIOLOGI

Staphylococcus aureus.

KLASIFIKASI
1. Folikulitis superfisialis: terdapat di dalam epidermis

SINONIM

Impetigo Bockhart

GEJALA KLINIS

Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. 

Gejala Folikulitis

Gejala folikulitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Namun, folikulitis umumnya menimbulkan sejumlah gejala berikut:

  • Bintik-bintik kecil kemerahan atau seperti jerawat di kulit tempat rambut tumbuh
  • Benjolan berisi nanah yang dapat membesar atau pecah
  • Benjolan terasa perih, panas, sakit, atau gatal
  • Rambut di area yang meradang mengalami kerontokan

2. Folikulitis profunda: sampai ke subkutan Gambaran klinisnya seperti di atas , hanya teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. 


DIAGNOSIS BANDING

GEJALA KUNIS

Tinea barbe, lokalisasinya di mandibula atau submandibula, unilateral. Pada tinea barbe sediaan dengan KOH positif.

PENGOBATAN

Antibiotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi. 


Pencegahan Folikulitis

Folikulitis bisa dicegah dengan melakukan upaya-upaya sederhana, seperti:

  • Jaga kulit tetap bersih dan lembap, terutama jika rentan terserang infeksi, misalnya karena menderita diabetes.
  • Gunakan krim pencukur sebelum mencukur, dan oleskan krim pelembap setelah mencukur.
  • Pastikan untuk menggunakan pisau cukur yang tajam dan baru setiap mencukur. Bila memungkinkan, gunakan pencukur elektrik atau krim penghilang bulu.
  • Hindari mengenakan pakaian yang ketat agar tidak terjadi gesekan antara kulit dan pakaian.
  • Gunakan produk perawatan kulit yang menjaga kelembapan kulit dan tidak menyumbat pori-pori kulit.
  • Selalu gunakan handuk yang bersih dan jangan berbagi pakai handuk, alat cukur, atau barang pribadi lainnya dengan orang lain.
  • Hindari berendam pada tempat yang kebersihannya tidak terjamin.
  • Rajin cuci tangan dengan air bersih dan sabun.

daftar pustaka


Lim, S., Shin, K., & Mun, J. (2022). Dermoscopy for Cutaneous Fungal Infections: A Brief Review. Health Science Reports, 5(1), pp. 1–5.
Lin, H., et al. (2021). Interventions for Bacterial Folliculitis and Boils (Furuncles and Carbuncles). The Cochrane Database of Systematic Reviews, 2(2), pp. 1–103.
Del Giudice, P. (2020). Skin Infections Caused by Staphylococcus Aureus. Acta Dermato-venereologica, 100(9), pp. 1–8.
Schuler, A., Veenstra, J., & Tisack, A. (2020). Folliculitis Induced by Laser Hair Removal: Proposed Mechanism and Treatment. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 13(5), pp. 34–36.
National Institutes of Health (2022). National Library of Medicine. Folliculitis.
Cleveland Clinic (2021). Disease & Conditions. Folliculitis.
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. Folliculitis.
Healthline (2022). Folliculitis: What It Is and What You Can Do About It.
Patient Info (2020). Folliculitis.
WebMD (2022). Folliculitis.


IMPETIGO

 IMPETIGO


DEFINISI

Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)

KLASIFIKASI

1. Impetigo krustosa

SINONIM

Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox.

ETIOLOGI

Streptococcus B hemolyticus.

GEJALA KLINIS 

Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di wajah, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu . Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya . Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.

Komplikasi: glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh serotipe tertentuu.

DIAGNOSIS BANDING

Ektima

PENGOBATAN

Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik. Kalau banyak diberi pula antibiotik sistemik.

2. Impetigo bulosa 




SINONIM

Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet.

ETIOLOGI

Staphylococcus aureus

GEJALA KLINIS

Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat prediksi di aksila, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang- kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/ bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.

DIAGNOSIS BANDING

Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis . Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya ialah impetigo bulosa


PENGOBATAN

Jika terdapat hanya beberapa vesikel/ bula, dipecahkan lalu diberi salap antibiotik atau cairan antiseptik. Kalau banyak diberi pula antibiotik sistemik. Faktor predisposisi dicari, jika karena banyak keringat, ventilasi diperbaiki.

Impetigo neonatorum

Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus . Kelainan kulit berupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam.

DIAGNOSIS BANDING

Sifilis kongenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis Parrot. 

PENGOBATAN

Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% 


Pencegahan Impetigo

Impetigo adalah penyakit menular. Artinya, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan adalah menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

  • Rajin mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun, terlebih setelah melakukan aktivitas di luar rumah. 
  • Menutup luka sehingga bakteri tidak masuk ke dalam tubuh.
  • Rutin memotong dan selalu menjaga kebersihan kuku.
  • Tidak menyentuh atau menggaruk luka untuk menurunkan risiko penyebaran infeksi.
  • Mencuci pakaian atau membersihkan semua benda yang telah digunakan untuk membantu menghilangkan bakteri.
  • Menghindari berbagi penggunaan peralatan, terlebih alat makan, handuk, atau pakaian dengan pengidap impetigo.
  • Mengganti sprei, handuk, atau pakaian yang digunakan pengidap impetigo setiap hari sampai luka tidak lagi menularkan infeksi.

Anak dengan impetigo sangat dianjurkan untuk tidak beraktivitas di luar rumah hingga gejala yang dialaminya sepenuhnya sembuh. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi interaksi atau kontak langsung dengan anak lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penularan.

 

Komplikasi Impetigo

Impetigo biasanya tidak berbahaya. Namun, apabila tidak mendapatkan penanganan yang benar, impetigo bisa memicu beberapa komplikasi, yaitu:

  • Selulitis atau infeksi jaringan kulit dan lemak.
  • Psoriasis gutata, kelainan kulit yang ditandai dengan munculnya ruam yang menyerupai tetesan air.
  • Demam scarlet, demam yang muncul disertai dengan ruam merah di seluruh tubuh.
  • Sepsis.
  • Glomerulonefritis atau peradangan pada ginjal.
  • SSSS (staphylococcal scalded skin syndrome) atau infeksi bakteri yang menyebabkan kulit melepuh seperti terbakar.

Referensi:
MedlinePlus. Diakses pada 2022. Impetigo. 
Johns Hopkins University. Diakses pada 2022. Impetigo. 
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Diseases. Impetigo. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and Conditions. Impetigo. 
Healthline. Diakses pada 2022. Impetigo: Everything You Need to Know