Kamis, 24 September 2015

Memaknai Qurban

Tentu kita butuh refleksi diri. Setiap tahun tidak sedikit dari kita yang menyisihkan dana untuk merayakan hari ini dengan penyembelihan hewan qurban. Namun adakah transformasi jiwa yang terjadi?. Adakah saudara-saudara kita itu merasa lebih dekat kepada Allah yang Maha Besar?. Ketika kedekatan dengan Allah tidak bertambah, jiwa tidak menjadi semakin halus dan lembut, jasad tidak semakin beramal shalih, pikiran tidak semakin cemerlang dan bijaksana tentu ada yang salah dari ritual pengorbanan mereka. Padahal sebenarnya lewat hari ini mereka dapat menemukan bukan saja amal terbaik, tetapi didekatkan oleh Allah sedekat-dekatnya sampai mencapai derajat ‘Al-Muqarrabuun'.

Ismail Amin

Memaknai Kembali Sembelihan dan Idul Qurban

Berhentilah sejenak, kita tidak harus selalu berlari. Mari kita kembali menelisik relung terdalam dari diri kita. Semoga tulisan ini yang saya tulis kembali dari nasehat ustadz-ustadz saya bisa menjadi pengantar renungan kita bersama.

Makna Idul Qurban

Idul Qurban berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, Ied dan Qurban. "Ied" dari kata ‘aada - ya'uudu, bermakna ‘kembali'. Qurban, dari kata qaraba-yaqrabu, bermakna ‘mendekat'. ‘Qarib' adalah ‘dekat', dan ‘Al-Muqarrabuun' adalah ‘(hamba) yang didekatkan'. Idul Qurban kemudian bisa kita maknai sebagai sebuah hari dimana kita berupaya kembali pada hakikat kemanusiaan kita yang mendambakan dekat dengan yang Maha Rahim. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mendekat kepada-Nya (taqarrub Ilallah), Jalaluddin Rumi menyebut, sebanyak helaan nafas manusia. Allah SWT pun memberi motivasi, "Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar kamu beruntung" (Qs. Al-Maidah : 35). Salah satu cara hamba untuk lebih mendekat kepada-Nya adalah dengan menginfakkan harta, termasuk berqurban, "Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah)." (Qs. At-Taubah : 99)

Tentu saja yang kita qurbankan adalah sesuatu yang kita cintai, sesuatu yang sebenarnya sangat berat untuk kita lepaskan. Sebab belumlah disebut berqurban jika yang kita keluarkan adalah sesuatu yang membuat kita tidak merasa kehilangan apa-apa, sesuatu yang ringan hati kita keluarkan. "Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (Al-Birr), sebelum kamu menginfakkan (tunfiquu) bagian (harta) yang kamu cintai (mimma tuhibbuun). Dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali-Imran : 92). Artinya, seseorang yang misalnya bergaji sampai 60 juta per bulannya, dengan mengeluarkan dana sejuta untuk menyembelih kambing di hari ini, apakah bisa dianggap berqurban? apakah itu sudah sampai pada tingkat ‘menginfakkan bagian harta yang dicintai'? apakah jiwa merasakan adanya rasa berqurban dibanding banyaknya sisa harta yang dimiliki? sebagaimana ayat di atas, bisakah itu mencapai derajat al-Birr?. Bisa kita bayangkan, bagaimana rasa taqarrub nabi Ibrahim as yang bersedia mengurbankan anak kesayangannya di altar persembahan atau sebagaimana Imam Ali as dan keluarganya yang memberikan makanan yang disukainya sehingga surah Al-Insan turun untuk menceritakan keutamaan mereka. Atau justru kaum paganisme yang menyembelih yang tercantik di antara gadis-gadis mereka untuk bertaqarrub kepada tuhan-tuhan mereka. Tentu kita butuh refleksi diri. Setiap tahun tidak sedikit dari kita yang menyisihkan dana untuk merayakan hari ini dengan penyembelihan hewan qurban. Namun adakah transformasi jiwa yang terjadi?. Adakah saudara-saudara kita itu merasa lebih dekat kepada Allah yang Maha Besar?. Ketika kedekatan dengan Allah tidak bertambah, jiwa tidak menjadi semakin halus dan lembut, jasad tidak semakin beramal shalih, pikiran tidak semakin cemerlang dan bijaksana tentu ada yang salah dari ritual pengorbanan mereka. Padahal sebenarnya lewat hari ini mereka dapat menemukan bukan saja amal terbaik, tetapi didekatkan oleh Allah sedekat-dekatnya sampai mencapai derajat ‘Al-Muqarrabuun'.

"Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu." (Qs. Al-Hajj : 37). Hewan ternak yang saudara-saudara qurbankan hari ini sesungguhnya, bukan dagingnya, bukan darahnya, bukan tulang belulangnya, bukan harganya melainkan ketaqwaanlah yang bisa mencapai-Nya. Semoga kita bisa berqurban dan berinfaq sampai pada titik kita benar-benar berat melakukannya, sebab adanya rasa cinta yang sangat pada yang kita qurbankanlah yang bisa mendekatkan kita pada-Nya.

Idul Adha, Memaknai Penyembelihan

Nama lain Idul Qurban, adalah Idul Adha. Adha memiliki makna penyembelihan. Harus ada yang kita sembelih pada hari ini. Bukan persoalan apa kita memiliki harta atau tidak untuk menyembelih. Kita yang termasuk belum memiliki kemampuan untuk menyembelih hewan qurban, sesungguhnya telah diberi kemampuan untuk melakukan prosesi penyembelihan lain, menyembelih ‘kambing', 'sapi', maupun ‘hewan ternak' lain yang berjubelan dan beranak pinak dalam diri kita. Hewan ternak sesungguhnya tamsil dari dominasi hawa nafsu dan syahwat kita. Tamsil segala kesesatan dan keburukan; kebodohan, kedengkian, ketakaburan, buruk sangka, kemalasan, kecintaan pada hal-hal material dan aspek lainnya yang harus kita sembelih dari diri kita. Allah SWT menyebut orang-orang yang buta hati, akal dan pikirannya lebih sesat dari hewan ternak. Pendidikan dan pergaulan yang salah bisa jadi telah merubah kita yang manusia menjadi hewan-hewan ternak tanpa sadar. Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi-ye Ma'nawi menafsirkan empat ekor burung yang disembelih dan dicincang oleh nabi Ibrahim as dalam surah Al-Baqarah ayat 260 sebagai empat ekor unggas yang ada dalam diri kita. Keempat ekor unggas itu adalah bebek yang mencerminkan kerakusan, ayam jantan yang melambangkan nafsu, merak yang menggambarkan kesombongan dan gagak yang melukiskan keinginan. Dan menurut Rumi kita hanya bisa kembali hidup sebagaimana manusia ketika kita berani menyembelih keempat unggas ini, sebagaimana Ibrahim as mencincangnya. Di antara keempat unggas ini, bebeklah yang paling mewakili karakter kebanyakan kita. Tentang bebek Rumi bercerita :

Bebek itu kerakusan, karena paruhnya selalu di tanah Mengeruk apa saja yang terbenam, basah atau kering

Tenggorokannya tak pernah santai, sesaatpun

Ia tak mendengar firman Tuhan, selain makan

minumlah !

Seperti penjarah yang merangsek rumah-rumah

Dan memenuhi kantongnya dengan cepat

Ia masukkan ke dalam kantongnya baik dan buruk

Permata atau kacang tiada beda

Ia jejalkan ke kanting basah dan kering

Kuatir pesaing akan merebutnya

Waktu mendesak, kesempatan sempit,

Ia ketakutan

dengan segera di bawahtangannya

Ia tumpukkan apapun....

Better late than never. Sudah waktunya sekarang, tidak harus selalu menunggu hari seperti ini untuk melakukan penyembelihan. Bermula hari ini, kita persembahkan diri kita yang telah tersembelih dari sifat-sifat yang sepantasnya hanya dimiliki hewan ternak kepada Allah Dzat yang Maha Suci, yang cinta kepada mereka yang senantiasa menyucikan dan menyembelih dirinya.

Idul Adha, Memaknai Kembali

"Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampung halamanmu," ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka." (Qs. An-Nisa : 66). Sudah waktunya pula kita belajar untuk ‘keluar dari kampung' kita : belajar untuk keluar dari zona nyaman dan memerdekakan diri dari dominasi nafsu jasadiyah menuju jiwa kita yang sejati. Masih ada dunia lain di luar ‘kampung' kita ini, yang bisa jadi selama ini kita anggap berbahaya. Juga harus ada upaya untuk keluar dari keegoisan diri kita dan belajar memahami orang lain. Memahami mereka yang selama ini kita kutuk karena berbeda.

Dalam surah An-Nisa' ayat 100 Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dalam syarah 40 hadits Imam Khomeini ra menafsirkan rumah pada ayat ini adalah ego kita. Ya, rumah yang paling berat kita tinggalkan adalah kepentingan-kepentingan keakuan kita. Setiap hari kita sibuk, kecapaian dan kelelahan hanya untuk mempromosikan citra kita dihadapan manusia, hanya untuk memenuhi kepentingan diri kita. Kita masih berputar-putar di area rumah dan kampung kita, tanpa selangkahpun keluar. Rumah dan kampung telah menjadi zona nyaman yang sayang untuk kita tinggalkan, sebab melangkah keluar selalu membutuhkan pengorbanan, butuh kepayahan dan keletihan. Dalam surah Ali Imran Allah SWT berfirman, "Segeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasanya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang taqwa, yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya dalam suka dan duka, orang yang sanggup mengendalikan amarahnya, yang memaafkan orang lain dan sesungguhnya Allah suka dengan orang yang berbuat baik." Bersegera menuju Allah SWT berarti melangkah menjauh dari rumah keakuan kita, meninggalkan kampung ego kita, kembali keharibaan-Nya yang penuh kasih. Kembali kepada-Nya tidaklah selalu berarti mati dan meninggalkan dunia ini. Rasulullah saww bersabda, "Mutu qabla antamutu, matilah sebelum kamu mati." (Bihar Al-Anwar 66:317). Kematian pada kata perintah mutu adalah kematian mistikal, kematian ego atau kematian diri. Ibnu Arabi menyebutnya al mawt al-iradiy, kematian keinginan.

Adalah benar, bahwa kita adalah makhluk organis --begitu kata A.N. Whitehead-- yang bebas menentukan hidup. Kita bebas menentukan atau merancang jenis hidup apa yang kita inginkan. Kita bebas untuk memilih, hidup sebagai manusia atau berkubang seperti hewan ternak. Tetap berleha-leha di dalam rumah dan kampung yang bukan negeri kita sebenarnya, atau berhijrah kembali menuju-Nya. Tidak terdengarkah panggilan mesra Ilahi, "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (Qs. Al-Fajr : 27-28)

Selamat Hari Raya Idul Adha.

Rabu, 23 September 2015

cara agar daging hewan terjaga kehalalanya

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Banyaknya penyembelihan daging kurban selama Idul Adha, juga harus disikapi dengan kewaspadaan akan kehalalan daging tersebut.

Pengurus Bidang Dakwah MIUMI DIY dan Direktur Pusat Kajian Halal Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, mengingatkan daging Kurban bisa haram.

Hal itu bisa terjadi jika kondisi hewan belum mati setelah disembelih, namun sudah mulai dikuliti, atau kaki sudah dipotong, atau ekornya dipotong.

"Jika hewan belum mati kok sudah mulai dikuliti, dipotong kakinya atau dipotong ekornya, maka hewan bisa kesakitan dan mati karena kesakitan. Jika ia mati karena kesakitan dan bukan karena disembelih maka dagingnya haram," jelas Nanung Rabu (23/9/2015).

Nanung juga menyadur sebuah hadits nabi Muhammad SAW, Dari Abu Waqidi Al-Laitsi ra, yang berbunyi :

"Rasulullah Shallallahu a'laihi wa sallam bersabda, yang artinya: Bagian mana saja yang dipotong dari binatang yang masih hidup, maka itu sama dengan BANGKAI. HR. Abu Daud dan At-tirmidzi

Selanjutnya untuk memastikan bahwa hewan telah mati setelah disembelih, dapat digunakan satu dari tiga macam reflek.

Yang pertama adalah reflek mata dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan kita untuk menyentuh orang-orangan atau pupil mata.

"Jika masih berkedip maka ia masih hidup, namun jika sudah tidak ada respon, maka ia telah mati," jelasnya.

Cara selanjutnya adalah reflek ekor, hal ini dapat dilakukan dengan memegang dan menggeser ekor sapi ke kanan atau ke kiri.

Jika ekornya melawan, maka ia masih hidup, namun bila sudah tidak ada respon maka berarti ia telah mati.

Mengetes reflek ekor bisa pula dilakukan dengan memencet ekor sapi, karena di bagian ekor sapi ada ujung saraf-saraf yang sangat sensitif.

Sehingga jika masih hidup, maka ia akan bereaksi saat ekornya dipencet.

Cara ketiga adalah dengan mengetes reflek kuku. Sapi, kerbau, unta, kambing dan domba adalah hewan berkuku genap (ungulata) dimana di antara kedua kuku kakinya ada daging yang sangat sensitif yang mengandung ujung-ujung saraf.

"Gunakan ujung pisau yang runcing, sentuh atau tusuk pelan bagian tersebut, jika masih ada reaksi menghindar berarti ia masih hidup, namun jika sudah tidak merespon, berarti ia telah mati," pungkasnya. (*)

Sumber:
http://jogja.tribunnews.com/2015/09/23/perhatikan-langkah-langkah-berikut-agar-daging-hewan-kurban-terjaga-halal

Jumat, 18 September 2015

12 tingkah laku wanita yang dijamin masuk Neraka, Pria pun Hati-hati

SRIPOKU.COM --- Siapa pun tentu sudah familiar dengan pernyataan hadits bahwa wanita lebih banyak yang masuk neraka.

Tidak melulu di berbagai tempat pengajian, obrolan santai di warung kopi pun sering kali menyinggung tentang wanita-wanita yang dibakar dan disiksa dengan sangat pedih di neraka.

Muncul pertanyaan di benak kita, mengapa lebih banyak wanita yang menjadi kayu bakar neraka?

Jawabannya, tentu disebabkan oleh tindakan atau tingkah laku mereka yang mudah sekali menabrak aturan-aturan agama Islam.

Ustadz Tono Esfandiar, Muwajjih Rumah Dakwah Indonesia, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Aku berdiri di atas surga, kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya ialah golongan miskin, Sedangkan orang-orang kaya tertahan di luar pintu surga kerana dihisab. Selain itu, ahli neraka diperintahkan masuk ke neraka. Dan, aku telah berdiri di atas pintu neraka, aku melihat kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya ialah wanita."
(HR. Bukhari)
 Lantas, tingkah laku apa saja yang menyebabkan para wanita wajib masuk neraka? 12 diantaranya adalah:

1. MEMAMERKAN AURAT

Aurat wanita hukumnya Wajib dijaga, karena jika aurat itu sedikit saja tersingkap, maka setan akan menungganginya untuk membuat laki-laki yang melihatnya tergoda nafsunya.

Orang-orang yang menjaga auratnya selama hidup di dunia berdasarkan tuntunan SYARIAH akan memperoleh belaian rahmat Allah SWT yang luasnya tak terkira.

2. MENYAKITI HATI SUAMI

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
 "Tidak seorang wanita pun yang boleh menyakiti hati suaminya melalui kata-kata kecuali Allah SWT akan membuat mulutnya kelak di hari kiamat selebar tujuh puluh dira', kemudian akan mengikatkannya di belakang lehernya."

Beberapa sikap yang tergolong dalam menyakiti hati suami:

    Tidak mau melayani kebutuhan seks suami.

    Membelanjakan harta suami tanpa izin dan

    Meminta cerai tanpa alasan.

3. MENYUSUI ANAK ORANG LAIN TANPA IZIN SUAMI

4. KELUAR RUMAH TANPA IZIN SUAMI

Rasulullah SAW bersabda:

"Wanita adalah aurat. Jika ia keluar, setan akan mengikutinya."

 5. TIDAK MANDI WAJIB DARI HAID DAN NIFAS

Rasulullah SAW melihat di antara kerumunan wanita yang menjerit-jerit dengan siksaan yang begitu pedih. Kaki dan tangan mereka diikat. Salah satu penyebabnya ialah mereka tidak mandi wajib dari haid dan dari nifas.

6. BERSOLEK AGAR DILIHAT OLEH PANDANGAN AJNABI (LELAKI NON MAHRAM)

Ibnu Abbas meriwayatkan hadits dari rasulullah SAW bersabda:

"Apabila seorang wanita keluar rumah dengan bersolek dan memakai haruman (suami ridha) maka dibangunkan untuk suaminya sebuah rumah di neraka."

7. SUKA MEMBICARAKAN AIB ATAU KEBURUKAN ORANG LAIN

8. MENONJOLKAN DIRI SUPAYA TERKENAL

Bukan harta yang menyebabkan manusia terperosok ke lembah kehinaan melainkan kesalahan orientasinya sendiri.

9. TIDAK MENGERJAKAN SALAT DAN INGKAR KEPADA ALLAH

Setinggi mana jua kejayaan apapun pencapaian kita selama hidup di dunia, tetapi kita tidak pernah menjadikannya sebagai medium untuk menegakkan kalimat Allah SWT, maka kelak kita akan dimasukkan ke dalam neraka. Na'uzubillah.

10. MENGADU DOMBA DAN SUKA BERDUSTA

Ketahuilah bahwa mengadu domba dan berdusta itu adalah sifat syaitan.
 11. AHLI FITNAH

Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita."

12. KIKIR DAN MENUTUP DIRI DARI SESAMA

Orang-orang yang tidak menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT seperti tidak berzakat atau derma kepada sesama, pasti mendapat siksa yang pedih.

Itulah golongan wanita-wanita yang diJAMIN masuk Neraka, kecuali mereka bertaubat kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh.
    
Tahukah Anda bahwa ternyata kaum laki-laki juga nggak kalah potensialnya untuk nyemplung ke neraka.

Benarkah demikian? Apa saja penyebab-penyebab utama mereka masuk neraka? Perbuatan dosa apa sajakah yang telah mereka lakukan?

    Laki-Laki yang Tega Bertindak Kejam dan Menindas Perempuan

    Laki-Laki yang Suka Mengkhianati Istrinya

    Laki-Laki yang Suka Berselingkuh dengan Istri Orang Lain

    Laki-laki yang Menelantarkan Keluarganya

    Laki-Laki Lintah Darat yang Suka Memeras Orang Kecil, Anak Yatim, dan Fakir Miskin

    Laki-Laki yang Suka Korupsi dan Suap-menyuap

    Laki-Laki yang Kejam terhadap Anak-anaknya

    Laki-Laki Germo

    Laki-Laki yang Kejam kepada Orang Tua, dll.

   

http://palembang.tribunnews.com/2015/09/18/inilah-12-tingkah-laku-wanita-yang-dijamin-masuk-neraka-pria-pun-hati-hati?page=7

Sabtu, 12 September 2015

15 Alasan Harus Ikut Rohis

15 Alasan Kenapa Kamu Perlu Ikut Rohis
(dan Gak Kamu Dapet di Ekskul lain)

Udah gak jamannya rohis cuman belajar a-ba-ta-tsa. Itu namanya TPA. Singkatan dari Tempat Pembuangan Akhir? Bukan atuh. Taman Pendidikan al-Qur’an hehe..

Kegiatan Rohis gak cuman mengaji dan panitia shalat jum’at. Rohis di era sekarang telah berevolusi (caelah bahasanya..) dari yang sekedar belajar mengaji menjadi "lembaga terpusat pengembangan potensi remaja muslim". Catet dan garis bawahi ya.

Remaja Indonesia saat ini sudah meninggalkan peran paling pentingnya : ujung tombak peradaban. Kini "tombak bangsa" itu tumpul di balik status-status fb yang galau dan twit-twit narsis yang mubazir. Siapa yang bertanggung jawab atas kekacauan ini? Tentu kita semua. Tapi siapa yang dituntut bergerak paling dahulu untuk memulai perbaikan ini? ROHIS lah jawabannya.

Demi menjawab tantangan zaman, kurikulum Rohis sudah dibuat lebih komprehensif. Isinya gak lagi sekedar ngaji baca qur’an. Anak Rohis sekarang udah keren-keren. Udah bisa taklim ke kelas-kelas. Sebulan sekali tafakur alam ke gunung atau cagar alam. Akhwatnya suka botram atau belajar masak. Kadang kumpul bareng belajar buat ujian minggu depan.

Belum lagi bicara organisasi. Anak rohis jagonya diskusi peradaban dengan visi-misi yang jauh ke depan. Kalau ada bencana nasional, anak rohis yang paling dulu galang dana kumpulin receh untuk disalurkan ke yang membutuhkan. Rapat suka dilakuin sepulang sekolah. Yang dibahas macem-macem. Intinya membangun lingkungan sekolah menjadi lebih islami lagi.

Dengan bedanya Rohis di jaman sekarang, Rohis yang semakin matang dan up-to-date, saatnya kamu buang pikiran jadul tentang Rohis.

Setidaknya, ada 15 hal-hal yang bakal kamu dapet kalau kamu mau ngembangin diri di Rohis. Manfaat ini berdasarkan pengalaman saya dan beberapa teman di dakwah sekolah. Penerapannya mungkin sedikit berbeda. Tapi secara umum sama kok insyaAllah..
1. Belajar sosialisasi

Ini keuntungan praktis ketika kamu dilantik jadi anggota rohis. Belajar bergaul. Di rohis kamu akan terbawa suasana pro aktif. Kamu akan terdorong untuk berkarya. Baik itu di kegiatan mentoring, taklim kelas, atau tafakur alam. Kamu akan dapet banyak teman. Lebih dari sekedar teman, tapi teman yang sholeh-sholehah.
2. Memiliki "keluarga"

Banyak temen mimin yang bilang, "rohis itu keluarga kedua aku". Mimin juga merasakannya. Di rohis kita terbuka. Ada masalah pribadi bisa dishare dan direspon tanpa harus dibully atas kelemahan kita. Manusia memang makhluk yang lemah bukan? Kakak mentor akan membantu mencari jawaban atas permasalahanmu. Itulah gunanya keluarga. Rohis feels like home…
3. Berbagi keterampilan dengan yang lain

Nah, di Rohis banyak berkumpul anggota dengan berbagai keterampilan yang unik. Ada yang jago murottal qur’an. Ada yang hafal qur’an beberapa juz. Ada juga yang bakat seni. Kamu bakatnya apa? Berbagi keterampilan bisa nambah pengalaman yang pasti manfaat buat pengembangan diri kamu.
4. Soft skill

Soft skill bisa bermakna kemampuan mental dan nalar yang gak kita pelajari di bangku sekolah. Padahal, kemampuan ini diperlukan di dunia kerja.
Rohis menyediakan berbagai pelatihan untuk bekal peningkatan kemampuan diri. Dari pelatihan jurnalistik, pelatihan kepemimpinan, organisasi, berfikir kreatif, dan lainnya. Rasakan bedanya setelah kamu lulus SMA. Pelatihan soft skill dari Rohis akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih siap memasuki dunia kampus atau dunia kerja.
5. Kemampuan organisasi

Di sekolah, selain OSIS dan MPK, di rohis kamu akan belajar dan mempraktekkan berbagai teori organisasi. Biasanya disampaikan oleh alumni yanh sedang kuliah. Gak sedikit lho jebolan rohis yang memegang amanah penting di kampusnya kelak. Sudah banyak alumni rohis yang jadi presiden mahasiswa, ketua himpunan, atau ketua dkm di mesjid kampusnya. Kamu mau?
6.mempelajari pedoman hidup seorang muslim : Al-Quran.

Di rohis Kita akan diajarin cara membaca Al-Qur’an. Lebih dari itu kita juga akan belajar ilmu tajwid, ilmu tahsin, ilmu tafsir, dan ilmu tadabbur. Ilmu-ilmu itu adalah pondasi yang penting dalam mempelajari Al-Qur’an.
7. Pelengkap pelajaran agama di sekolah

Berapa jam kita belajar agama di sekolah? Dari dulu sampai sekarang hanya dua jam perminggu (untuk sekolah negri). Waktu sesingkat ini.tidaklah cukup untuk mempelajari islam hingga membekas dalam jiwa kita. Agama hanya jadi hafalan.
Di Rohis kita belajar agama lebih dalam dan hebatnya lagi kita ikut mempraktekkannya bersama anggota Rohis lainnya. Lamanya tergantung keaktifan kita. Kalau kamu jadi pengurus atau mentor di rohis, bisa 6-7 hari kamu intensif belajar islam.
8. Jaringan ke rohis sekolah lain di dalam/luar kota

Saya sudah merasakannya dan saya harap kamu juga. Meskipun tidak semua rohis tergabung pada sebuah forum silaturahim dengan rohis smp/sma lain, tapi jaringan rohis di beberapa kota besar sudah maju. Siapa tahu sekolahmu salah satunya?
9. Sehat!

Kok?
Rohis memang bukan ekskul olahraga. Tapi rohis peduli kesehatan!

Dalam islam Rasulullah menganjurkan muslim untuk menjaga kesehatan. Caranya lewat berolahraga, shaum, mendaki gunung, merawat diri, dan menjaga asupan makanan. Meskipun di rohis kamu gak latihan fisik setiap minggu, tapi di sini kita dibiasakan dengan suasan shaum sunnah, jalan sehat ke kaki gunung, tafakur alam, dan berlatih mengontrol emosi. Kesemuanya itu juga bisa membuatmu sehat.

*beberapa rohis ada yang bekerja sama dengan Thifan untuk mengenalkan bela diri islami di dalam program kerja rohis.
10. Mengasah jiwa sosial

Dua hari besar islam, Idul fitri dan Idul adha, menjadi momen penting bagi rohis untuk berbagi terhadap sesama. Biasanya di momen ramadhan rohis melakukan bakti sosial atau buka bersama anak yatim. Di idul adha rohis terlibat aktif menjadi panitia idul qurban. Dimulai dari mengumpulkan dana membeli hewan qurban, sampai memotong-motong daging kurban untuk dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.
11. Memulai langkah sebagai entrepreneur

Dari mana rohis memiliki uang untuk menjalankan program-programnya yang sangat banyak?

Selain iuran, rohis juga mengusahakan suntikan dana dari bisnis ala rohis. Banyak anggota rohis yang diajarkan berjualan. Item jualannya bervariasi. Bisa donat, kue, gorengan. Bisa juga bazar buku, majalah, kaset dan vcd islami. Segala sumber keuangan yang halal akan diusahakan rohis untuk mencukupi kebutuhan anggarannya. Kamu bisa menjajaki salah satu programnya. Boleh juga semuanya. :-)
12. Terjaga dari maksiat; rokok, narkoba, free seks jauh!

Rokok dan Free Seks itu musuh kita bersama! bukan hanya musuh Rohis semata. Bedanya di Rohis kita melawan! kita gak akan diem melihat rokok menyebar ke teman – teman kita apalagi narkoba dan free seks. LAWAN!
13. Terbiasa tawazun mengejar dunia dan akhirat

Buat saya, sekolah itu bukan hanya alat untuk mengejar kesuksesan dunia saja. Lulus SMA trus kuliah lalu kerja? No man! Sekolah adalah wadah kita mengembangkan kemampuan pribadi, sosial, dan spiritual kita. Seharusnya saat kita lulus SMA pengetahuan kita bertambah, kemampuan sosial kita bertambah, kedekatan kita pada Allah juga bertambah. Sayang seribu sayang, kurikulum SMA Negeri kita tidak menuju ke arah sana. Maklum, adaptasi dari sekolah sekuler jadinya sangat miskin dengan nilai agama.

Di sinilah Rohis mengambil tempat.

Rohis jadi semacam “pelampiasan” atau “pelarian” bagi siswa yang rindu akan kesucian jiwa dan ketenangan batin. Cara menuju kesana adalah berkumpul bersama komunitas yang selalu mengingatkan kita akan keindahan alam akhirat. Yang saling menasehati satu sama lain. Yang saling menjaga juga saling membantu. Mendorong kita berprestasi di sekolah, sambil memperdalam keimanan dan ketakwaan juga. Gak ada yang lebih enak dari keseimbangan dunia dan akhirat bukan?

14. Wawasan yang bertambah… bertambah.. bertambah..

Satu diantara banyak hal yang saya suka dari Rohis adalah komitmen mereka dalam meningkatkan wawasan anggotanya. Di dalam mesjid terpasang rak buku yang berisi buku – buku islam berkualitas. Tafsir, kajian hadits, kisah sahabat, fiqh ibadah dan lainnya. Lebih dari itu di beberapa Rohis juga ada kajian pekanan yang mengundang ustad yang berlimpah wawasannya. Topik yang dibahas beragam. Setiap PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) biasanya Rohis bekerjasama dengan sekolah mengadakan Tabligh Akbar yang mengundang Ustad kondang. Saat liburan semester Rohis juga sering mengadakan pelatihan mentoring, kaderisasi terpusat, pelatihan sholat khusyuk, tahsin Al-Qur’an dan pelatihan lainnya. Gak ketinggalan semarak ramadhan yang diisi dengan pesantren kilat, BBAQ (Belajar Baca Al-Qur’an), dan ceramah tarawih. Ini semua udah lebih dari cukup dalam menambah wawasan kita.
15. Calon Ketua OSIS Most Wanted!.

Anggap saja ini efek samping dari menjadi Anggota Rohis. Biasanya bursa calon ketua OSIS diisi oleh siswa berprestasi atau anggota Rohis. Saya serius. Mungkin karena lingkungan organisasi yang kondusif di dalam rohis sehingga mereka berani memajukan anggotanya untuk berkompetisi menjadi ketua OSIS. Dan gak jarang Rohis yang menang! 😛

Kenapa ya?

Salah satu jawabannya mungkin karena Sekolah merindukan Ketua OSIS yang religius, smart dan supel. Dari mana dapet ketua OSIS seperti itu kalau bukan dari Rohis bukan! :)
Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa daftar ini tidak identik terwujud dalam setiap Rohis pada saat ini. Mungkin ada 4-7 saja yang terpenuhi. Mungkin hanya 1? atau mendekati keseluruhannya. Itu semua bergantung dari seberapa makmur Rohis dibangun oleh anggotanya. Semangat kita adalah ingin memenuhi semuanya, meskipun butuh tenaga dan keringat yang tidak sedikit. Tapi inilah kondisi ideal yang ingin kita bangun. Kalau kamu punya pengalaman menarik di Rohis boleh tuh ditambah di daftar ini. Gimana, ada?

http://rohis.itsar.org/15-alasan-kenapa-kamu-perlu-ikut-rohis-dan-gak-kamu-dapet-di-ekskul-lain/

Sabtu, 05 September 2015

BIANTARA MIELING TUJUH BELAS AGUSTUS



Mieling Tujuh Belas Agustus

    Assalamualaikum Wr. Wb
      
      Alhamdulillahirrobbil’alamiin wabihisnata’in wal’umurudunya Waddin Wa’ala aliihii washohbihhi ajma’in 
  Alhamdulillah wasukurillah, puji sinareng sukur urang sanggakeun ka gusti Allah SWT anu parantos masihan kasempetan kaurang sadaya kanggo ngariung di tempat iyeu . solawat sinareng sallam mugia di lungsur langsarkeun ka Junjungan Alam kanjeng Nabi Muhammad SAW, sareng ka kulawargina, sohabatna, tabi'in Tabiatna sareng teu hilap deui ka urang sadayana nu Insya Allah kenging Syafaat di Yaumul Qiyamah Aamiin                                                                                                                                                          
   Ngadegna sim kuring didieu dina waktos ieu di payunen bapak guru, sareng réréncangan badé ngaguarkeun téma ieu biantara anu judulna 17 Agustus nu ka 70. Nembe saababaraha dinten kapengker, sasih Agustus parantos kalangkng.tangtos ditiap sasih Agustus, tepatna kaping tujuh belasna, pikeun urang bangsa Indonesia, kaping eta teh dipieling Hari Kemerdekaan Indonesia.
     
     Ti kawit nu dilaksanakeun di istana naragara, dugi katingkat propinsi, kabupaten, oge kacamatan: rame tur serempak, di wilayahna sewang-sewangan. Dihadiran ku sadayana kalangan, ti kawit: kapala (pupuhu), dugi ka bawahanana, birokrat, aparat, tokoh masyarakat, tokoh adat, pamuda/pamudi, guru, mahasiswa, pelajar, campur ngahiji ngiring upacara tujuh belas Agustusan.
     
    Naon atuh ngaalantarkekun janten mahnit,dugi ka tiasa hidmatdina ngalaksanaken upacara tujuh belas agustusan teh. Anu tangtos mah urang sadaya mihurmat, masihan ajen ka para pajuang, sareng pahlawanna. Kusabab anjeuna , kusabab jasa para pajuang, Indonesia  tiasa merdeka, anu kiwari tos dipieling anu ka 70.
     
     Para Wargi.........
    Ayeuna patarosan (pertanyaan) : Saha ari para pejuang teh, saha ari para pahlawan teh?. Waleranana (jawabanya) saha wae, ti sagala pihak anu memang bajuang (berjuang), tina widangna masing-masing pikeun Kamerdekaan Nagrina (negaranya) INDONESIA. “Heug nyawa-kadieukeun kamerdekaan”. Tegesna nu gaduh tekad kuat: merdeka atau mati
   
    Diantawisna, kasebat-sebat tokoh politik oge plokamator: Ir. Soekarno, Dr. Mohammad Hatta, anu dirojong (didukung) ku tokoh-tokoh di tiap-tiap daerah, utamana pamuda/pamudi, tentara (TNI), teu Ngawujudkeun hiji tujuan, nyaeta Indonesia Merdeka.
      
    Saderek sadaya.....
    
    Naon ari merdeka teh?
    Merdeka teh saurna BEBAS.
     Bebas naon-nana? Mun diwincik diwiji-wiji, geuning seueur pihartoseunana, gumantung kana persepsina bae.
   Cobi mangga tingali teks Proklamasi Kamerdekaan Indonesia :
  
  Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal-hal yang mengenain pemindahan kekuasaan dan lain-lain, dilaksanakandengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
  
    Nu dimaksud Merdeka dilihur bieu mah, hasil para pahlawan teh nya eta merdeka tina hal kadaulatan bangsa jeung nagara Indonesia ti penjajah nagara asing. Secara politk, urang ngagaduhan wilayah nagara, ngagaduhan pamarentah,  tur diakui ku nagara-nagara sanes di dunia. Jadi weh kasebut merdeka.
    
    Para wargi.....
    
    Tapi, naha gening mieling Proklamasi kamerdekaan teh hidmatna ngan ukur di tempat upacara bae?
    
    Salajengna mah gening seueur dieusi ku hiburan, oge lomba-lomba tradisional, saperti : naek pecung, lomba balap bakiak, lomba emam kurupuk, balap kaleci dina sendok, balap karung, jeung sajabana. Naha eta ge tiasa dilebetkeun ngareuah-reuah 17 Agustusan deuih?
    
    Boa-boa merdeka kaleungitan makna? Upami enya kitu, apan teu nyambung dibandingkeun sareng para pahlawan bajuang sehidup semati, ayeuna ukur dieusi ku hiburan, tur jadi kaulinan nu pikaseurieun?
   
   Ku rupi patarosan kitu, asa dipibuutuh jejer anu angger, tur keker, sangkan bisa ajeg tur panceg,teu nyimpang, kana maksad mieling kamerdekaan tadi tea. Tapi, sakali deui saha anu kedah janten jejer teh?
    
    Wargi sadaya.
     
    Aceh......  apan urang sarerea masih gaduh keneh pahlawan,sok sanaos kasebat pahlawan tanpa jasa, nya eta Bapa sareng Ibu Guru. Tah... ieu pisan anu janten jejer teh.
   Atuh urang salaku pelajarna, piraku kudu minculak, ngarasula, teu ngagugu-teu niru ka Bapa jeung ka Ibu guru. Apan guru teh kedah digugu sareng ditiru.

    Kanggo ngeusi kamerdekaan pikeun pelajar mah, kedah tetep soson-soson milari elmu. Saur sepuh : milari elmu teh wajib hukumna, ti kawit lahir dugi ka bade maotna. Oge hiji perkara dipasihkeun ka sanes ahlina, antosan weh ancur-leburna.
    
      Ku kituna, kirang langkungna, nyuhunkeun dihapunten, sakitu nu kapihatur.
    
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Nama: Hadi Alwani
Kelas X Mipa 6 SMA Negeri 1 Subang