Senin, 06 Januari 2014

Cerita Cinta Presiden Soekarno Dan 9 Istrinya


 



Presiden Soekarno tercatat memiliki sembilan orang istri selama hidupnya. Soekarno memang dinilai sebagai seorang Don Juan yang selalu mempesona wanita. Berkali-kali diakui oleh Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik.

Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita bertekuk lutut.

Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap gallant atau sopan dan hangat pada setiap wanita. Tak peduli wanita itu tua atau muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya.

Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Dia juga mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.

Berikut sembilan wanita yang bertekuk lutut dan dipersunting Soekarno. Diolah dari berbagai sumber oleh wartawan merdeka.com Laurencius Simanjuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian Fadillah.

1. Oetari Tjokroaminoto


Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari tahun 1921 di Surabaya. Ketika menikah usia Soekarno baru 20 tahun sementara Oetari masih 16 tahun.

Oetari merupakan putri guru Soekarno HOS Tjokroaminoto. Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.

Soekarno tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu pula Oetari. Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti kakak-adik.

Pernikahan Soekarno dan Oetari hanya seumur jagung. Soekarno menceraikan Oetari tak lama setelah kuliah di Bandung.

2. Inggit Garnasih

 
Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.

Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan Haji Sanusi pun tidak bahagia. Pada sosok Inggit Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.

Soekarno merebut Inggit dari Sanusi. Mereka kemudian menikah tahun 1923. Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun.

Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak. Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.

3. Fatmawati


Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda.

Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung.

Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.

Dari Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima orang anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

4. Hartini

Hartini adalah wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno. Saat dipinang oleh sang proklamator pada 1953, Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda lima anak.

Pernikahan keduanya diawali oleh pertemuan di Candi Prambanan, Jawa Tengah, saat sang kepala negara mengadakan kunjungan kerja. Sumber lain menyebutkan, pertemuan di candi itu adalah kelanjutan cinta pandangan pertama keduanya di rumah dinas Wali Kota Salatiga, setahun sebelumnya.

Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini tetap menjadi istri saat masa kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja.

Hartini juga tetap mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno. Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.

5. Ratna Sari Dewi

Ratna Sari Dewi adalah wanita kelima yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun. Dari Soekarno, yang ketika itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.

Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.

Dalam 'A Life in the Day of Madame Dewi' diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, Dewi kemudian pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat. Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.

Dewi pernah membuat kontroversi pada 1998, saat dia berpose untuk sebuah buku foto berjudul 'Madame Syuga'. Di buku itu, ditampilkan Dewi dengan pose-pose setengah bugil dan menampakkan seperti tato.

6. Haryati

Sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.

Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.

Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.

7. Yurike Sanger

Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.

Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.

Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurika.

Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat.

Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta.

8. Kartini Manoppo

Sosok wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967. Keduanya menikah pada 1959.

Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.

Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.

9. Heldy Djafar

Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.

Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.

Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.


Reporter : Ramadhian Fadillah
sumber : http://www.merdeka.com/dunia/cerita-cinta-soekarno-dan-9-istrinya.html, akses tgl 17/02/2013.



Inilah Negara Yang menggunakan nama Soekarno sebagai nama Jalan







Jokowi kembali membuat gebrakan baru untuk Jakarta. Kali ini Jokowi berniat akan memberi nama jalan baru di Jakarta dengan nama proklamator, Ir. Soekarno. Mantan wali kota Solo ini mengaku telah merencanakan penamaan ini sejak lima hari lalu.


Bukan tanpa alasan Jokowi memberi nama 'Ir.Soekarno' pada jalan yang akan dibangunnya ini. Sosok Soekarno dinilai punya tempat di hati rakyat Indonesia.


"Bung Karno, masa saya harus bilang, semua warga tahu, karena Bung Karno proklamator," jelasnya Jokowi.
Ironinya, tak ada nama jalan Ir. Soekarno di Indonesia. Soekarno selalu dipasangkan dengan Mohammad Hatta sebagai dwitunggal. Karena itu namanya selalu Jalan Soekarno-Hatta. Bandara Internasional Cengkareng pun diberi nama Soekarno-Hatta.


Tercatat ada beberapa negara yang mengabadikan nama Soekarno sebagai nama jalan. Negara-negara ini menganggap Soekarno punya andil besar bagi bangsa mereka. Berikut adalah negara tersebut.


1. Mesir

Pribadi Soekarno begitu membekas di hati Presiden Mesir kala itu Gamal Abdul Naseer. Puncaknya ketika Konferensi Asia Afrika, keduanya semakin dekat. Berkat aktifnya Soekarno dalam lembaga perdamaian ini, nama Soekarno pun dibubuhkan untuk jalan di Mesir.


Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Uniknya, nama jalan ini menjadi Ahmed Soekarno. Tujuannya tak lain, untuk membuktikan bahwa Presiden pertama Indonesia ini beragama Islam.


2. Maroko

Berkat peran aktifnya di Konferensi Asia Afrika, lagi-lagi Soekarno mendapatkan penghargaan dari tanah Afrika. Selain Mesir, Maroko juga menjadi negara yang mengabadikan nama Soekarno menjadi jalan di Rabat, Maroko.


Bahkan jalan ini langsung diresmikan sendiri oleh Soekarno bersama dengan Raja Muhammad V pada 2 Mei 1960. Semula jalan ini bernama Sharia Al-Rais Ahmed Soekarno namun sekarang dikenal dengan Rue Sukarno.


3. Pakistan

Hubungan Pakistan dan Indonesia amat dekat saat Orde Lama. Saat itu Soekarno berjasa pada Pakistan dengan mengirimkan TNI untuk membantu pengamanan Pakistan saat berperang melawan India.?


Sebaliknya, pada saat konfrontasi militer Indonesia-Belanda, dikomandoi Quaid Azzam Ali Jinnah, tentara Pakistan mampu menahan pesawat Belanda yang saat itu singgah di Pakistan.


Berkat peristiwa-peristiwa tersebut,Pakistan pun mengabadikan nama Soekarno di dua tempat penting di Pakistan yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore.


4. Rusia

Umat muslim di Rusia memang patut berterima kasih pada Soekarno. Berkat pembicaraan Soekarno dengan Presiden Nikita Kruschev, gudang senjata di St Petersburgh kembali ke fungsi awalnya yakni masjid.


Hal ini tentukah bukan kebetulan, Soekarno yang kala itu mengunjungi St. Petersburgh melihat masjid biru di St. Petersburgh telah berubah fungsi menjadi gudang senjata. Prihatin, Soekarno pun lantas membicarakan masalah ini ditengah pembicaraan bilateral dengan Rusia.


Tak disangka kabar gembira pun menghampiri Soekarno, meski saat itu berstatus sebagai negara komunis nyatanya Rusia pun memperhatikan saran Soekarno dan mengembalikan fungsi tempat ini menjadi masjid.
Sumber: http://pulsk.com/77754/Inilah-NegaraNegara-Yang-Menggunakan-Nama-Soekarno-Sebagai-Nama-Jalan.html

 

Inilah 2 Presiden Indonesia Yang belum Kita ketahui



http://iwandahnial.files.wordpress.com/2009/02/sp1.jpghttp://ppijp.files.wordpress.com/2008/11/assaat-pyo.jpg


Mungkin masih banyak dari kalian yang beranggapan bahwa Indonesia hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa? Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?

Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949).

Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara

Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu Soekarno - Hatta mengirimkan telegram berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra".

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisbbDLf8HVnYhI4ChZmv-ZSahXqC0kbKqibB_4I19TR5VEVRG1cKKW95xW66JM6r_upTOin4mKWGHZlOfwM2EIXGr2qUGPTnM_GQLjWP85PDDwuvZ92vGou7NrPDc34K5EKMxm0uzFNz7H/s320/presiden+ri.jpg


Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan menyetujui usul itu "demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi syarat internasional untuk diakui sebagai negara".

Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI "diproklamasikan" . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Mr. Assaat

Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain.
Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik Indonesia.

Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. Namun, dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan.

Nah, dengan demikian, SBY adalah presiden RI yang ke-8. Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Sumber: http://www.serupedia.com/2012/09/inilah-2-presiden-indonesia-yang-belum.html
 

16 Julukan yang diberikan Dunia untuk Negara Indonesia







Negara Indonesia Tercinta yang kita tinggali ini ternyata mendapat berbagai julukan positif dari berbagai negara di dunia. Dan mungkin julukan-julukan yang diberikan dunia buat Indonesia ini sudah kita dengar sejak lama, atau mungkin ada yang belum tau? Iseng browsing gak jelas, nemu artikel tentang 10 Julukan Indonesia yang diberikan Dunia, jadi iseng juga share disini deh.

Berikut adalah julukan-julukan negara kita tercinta yang di berikan oleh luar negeri. di sini saya hanya share julukan-julukan yang berbau positif karena akan menimbulkan kontradiksi bagi moral negara kita. langsung aja deh vroh...


1. Our Large Neighbour to North and Our Nearest Asian Neighbour


Ini julukan yang diberikan pemerintah Australia melihat Indonesia adalah Negara asia tetangga terbesar dan terdekat secara letak geografis dengan Australia


2. Negara Nyiur


Julukan ini disematkan karena Indonesia adalah Negara maritim yang otomatis ditumbuhi oleh pohon-pohon kelapa


3. Garuda


Julukan ini mengacu pada symbol Negara indonesia


4. Negara Megabiodiversitas


Julukan ini diberikan kepada Indonesia karena para peneliti dunia kagum akan keanekaragaman flora dan fauna yang ada termasuk spesies purba dan spesies langka di indonesia seperti komodo, anggrek hitam dan raflessia arnoldi


5. Mafia Asia


Julukan ini diberikan karena indonesia menjadi penggerak pembahasan masalah-masalah di Asia.


6. The Big Mouslem Population


Ini julukan yang diberikan orang musim dunia kepada Indonesia atas kekaguman mereka terhadap kuantitas pemeluk agama islam di indonesia


7. Negara Seribu Candi


Julukan negeri seribu candi diberikan dunia kepada Indonesia berawal dari dipilihnya candi Borobudur sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia


8. Macan Asia yang Tertidur


Julukan aslinya adalah Macan Asia. tapi julukan ini berubah menjadi Macan Asia yang tertidur pada era modern. Ini julukan yang di berikan oleh Negara-negara asia terhadap Indonesia karena Indonesia diakui memiliki potensi menjadi sebuah negeri adidaya


9. Heaven Earth


Julukan ini diberikan kepada Indonesia karena banyak Negara dunia iri dengan kekayaan alam Indonesia yang subur dengan hasil bumi yang melimpah dan pemandangan yang memanjakan mata


10. Balinesia


Julukan Ini diberikan oleh para tourist yang mengagumi penampakan alam saat berkunjung ke bali. Dengan catatan sebenarnya para tourist itu tidak tahu jika bali adalah bagian dari indonesia


11. Negara Maritim


Julukan ini mengacu pada kenyataan perairan Indonesia yang luas


12. Jamrud Khatulistiwa


Julukan ini diberikan dunia kepada Indonesia karena letak geografis Indonesia yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dengan penampakan alam yang sangat hijau seperti jamrud


13. Negara Agraris


Julukan ini mengacu pada kenyataan bahwa lahan pertanian Indonesia sangat luas dengan sebagian besar mata pencaharian penduduk kita sebagai petani


14. Negara Seribu Pulau


Julukan ini diberikan melihat Indonesia terdiri dari ribuan pulau sekaligus menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia


15. Paru-Paru Dunia


Julukan ini beberapa kali di sematkan oleh AS dan Singapura melihat pulau Kalimantan sebagai hutan yang harus dilindungi karena berfungsi sebagai penopang paru-paru dunia


16. Nusantara


Ini adalah julukan yang di sematkan oleh kerajaan majapahit terhadap wilayah Indonesia dari Sumatra sampai Papua dalam literature bahasa Jawa. Selain itu, Thailand juga menyebut Indonesia dengan julukan Nusantara merunut pada sejarah kerajaan Majapahit dulu.

Ternyata banyak juga yah, julukan-julukan Indonesia yang diberikan dunia secara positif terhadap kelebihan dan kekayaan yang dipunyai Negara tercinta Indonesia ini. Kita sebagai anak bangsa dan gue Pribadi merasa bangga dengan 16 Julukan yang diberikan Dunia untuk Negara Indonesia ini, ya walaupun ada beberapa julukan indonesia yg buruk.

Sumber: http://hajingfai.blogspot.com/2013/07/15-fakta-indonesia-dunia-realita.html#axzz2pcJx4dl3
 


Analisis Puisi Bukan Beta Bijak Berperi


ANALISIS PUISI BUKAN BETA BIJAK BERPERI


BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Karya
Rustam Efendi

Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan beta budak Negeri
Musti menurut undangan mair
Sarat-sarat saya mugkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma

Susah sungguh saya sampaikan
Degup-degupan di dalam kalbu
Lemah laun lagu dengungan
Matnya digamat rasaian waktu
Sering saya susah sesaat
sebab madahan tidak nak datang
sering saya sulit menekat
sebab terkurang lukisan memang

bukan beta bijak berlayu
dapat melemah bingkaian pantun
bukan beta berbuat baru
hanya mendengar bisikan alun
I. ANALISIS

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

1. Tipografi

Tipografi yang dimiliki oleh puisi-puisi sajak “Bukan Beta Bijak Berperi” merupakan jenis tipografi yang teratur karena memiki jumlah suku kata yang sama yaitu 8-12 suku kata. Selain itu juga memiliki jumlah kata yang tidak berbeda jauh dan persamaan bunyi yang serupa. Hal tersebut dimaksudkan agar irama dan rimanya menjadi teratur dan semakin indah untuk diperdengarkan dan dinikmati pembaca.

2. Diksi

Diksi yang digunakan disesuaikan dengan rimanya, sehingga mengambil sebagian diksi dari bahasa daerah dan bahasa lain. Diksi tersebut cocok digunakan dalam puisi tersebut. Rimanya sesuai dan memperindah puisi. Akan tetapi, diksi yang diambil dari bahasa tersebut kurang familiar di kalangan pembaca. Sehingga membuat pembaca yang masih awam merasa kesulitan dalam menafsirkan makna dan amanat dari puisi tersebut.

Diksi-diksi yang digunakan tersebut seperti, beta, bijak, berperi, madahan, mair, seloka, singkiri, sukma, laun, kalbu, mat, digamat, nak, mamang, dan alun. Diantara kata-kata terebut ada yang masih sangat jarang digunakan dalam karya sastra misalnya,

a. Berperi : berkata

b. Madahan : pujian

c. Mair : maut; kematian

d. Seloka : jenis puisi yang mengandung ajaran/sindiran

e. Singkiri : menghindari

f. Laun : pelan-pelan; perlahan; lambat

g. Mat : irama

h. Gamat : berlagu; melagukan

i. Nak : hendak

j. Mamang : peribahasa yang mengandung nasihat, bingung ketakutan

Puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” sangat sesuai untuk pembaca yang ingin menambah kosa kata baru di dunia kebahasaan. Selain itu, memperluas pandangan terhadap hal-hal yang baru.

3. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

Bahasa kiasan yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” terdapat tiga macam majas, yaitu:

a. Majas Hiperbola

1) Bukan beta budak negeri

2) Meski menurut undangan mair

b. Majas Personifikasi

1) Dapat terkurung kikisan memang

2) Dapat melemah bingkaian pantun

c. Majas Tautologi

1) Untai rangkaian seloka lama

d. Majas Repetisi

1) Bukan beta bijak berperi

2) Bukan beta budak negeri

3) Bukan beta bijak berlagu

4) Bukan beta berbuat baru

4. Rima

Rima yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” bersajak silang a b a b. Dalam persajakan tersebut terdapat pula Aliterasi dan Asonansi.

Aliterasi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” yaitu;

a. Bait 1

1) Bukan beta bijak berperi

2) Bukan beta budak negeri

b. Bait 2

1) Syarat sarat saya mungkiri

2) Beta buang beta singkiri

c. Bait 3

1) Susah sungguh saya sampaikan

2) Degub-deguban di dalam kalbu

3) Lemah laun lagu dengungan

d. Bait 4

1) Sering saya susah sesaat

2) Sering saya sulit mendekat

e. Bait 5

1) Bukan beta bijak berlagu

2) Bukan beta berbuat baru

Asonansi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah,

a. Bait 2

1) Syarat sarat saya mungkiri

2) Untai rangkaian seloka lama

b. Bait 3

1) Matnya digamat rasain waktu

5. Imaji

Imaji yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah unsur dengaran. Unsur dengaran tersebut diterangkan pada beberapa baris puisi, yaitu:

a. Lemah laun lagu dengungan

b. Matnya digamat rasain waktu

c. Hanya mendengar bisikan alun

6. Tema dan Amanat

Tema dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah Kebebasan berkarya sastra.

Amanat yang dapat diambil dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah:

a. Percayalah pada diri sendiri dalam membuat suatu karya.

b. Jangan mudah putus asa dalam melakukan pekerjaan, orang lain akan tetap menghargainya.

c. Carilah insiprasi dalam hidup dimana saja.

d. Hendaknya kita jangan pesimistis.

e. Jangan bimbang dan takut dalam melakukan hal yang dianggap benar.

7. Makna Puisi

Makna dari puisi diatas adalah penulis mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat berkata dengan bijaksana. Tidak pandai mengubah pujian dari syair. Penulis bukanlah budak Negara, walaupun harus menghadapi kematian. Ketentuan penuh telah penulis abaikan. Bahkan serangkaian sajak seloka lama, penulis juga telah mengabaikannya, karena penulis menganggap lagunya lahir dari jiwanya. Penulis merasa kesulitan untuk dapat menyampaikan irama yang terdapat dalam hati sanubari penulis. Lagu berdengung dengan lemah dan pelan, iramanya dilagukan sesuai dengan keadaan dan waktu. Kadang penulis merasakan kesusahan yang sesaat, karena menanti pujian. Penulis juga merasa sulit untuk dapat mendekat karena terperangkap dan terkikis oleh kebingungan dan ketakutan. Penulis tidak pandai dalam berlagu karena dapat melemahkan rangkaian pantun. Penulis tidak melakukan hal yang baru karena hanya mendengar lantunan lagu.
 

Tongkat Komando Bung Karno



 
 

Berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar” kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.

Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia berpidato.

Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai Pet hijaunya itu.

Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’ wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang jadi heboh, bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang terlatih, kenapa menembak dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?

Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban, ‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan menjilat-.

Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. – Seperti diketahui Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.

Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius, berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.

Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’.
Bung Karno sendiri -menurut buku Giebbels, salah seorang Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam. Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.

Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo, pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah peristiwa 17 Oktober 1952. -Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.

Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama dalam rivaalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari 1974, sebelum meletusnya Malari kedatangan seorang anak muda dengan pakaian dekil dan menyerahkan sebilah keris “Untuk menang Pak” kata anak muda itu.

Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di ‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam, saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.


 Sumber: http://misteridunia.wordpress.com/2012/05/23/tongkat-komando-bung-karno/