Kamis, 04 Agustus 2016

Essai Tentang Rohis

     ROHIS DAN GLOBALISASI

  Di era yang modern ini, dimana globalisasi telah merasuk ke segala aspek kehidupan manusia, ketika para remaja merasa gamang akan jati dirinya dan kemudian terperosok ke dalam kejatuhan mental dan moralitas, di sanalah organisasi Rohis terbentuk. Hadir untuk menjadi penenang dari segala macam permasalahan remaja dengan cara mendekatkan diri kepada agama yang tentunya dapat membimbing para remaja kembali ke jalan yang benar. Rohis dibentuk untuk menjadi penggerak dari kegiatan yang berbau keagamaan, Islam tentunya. Rohis, sebuah organisasi yang memiliki tujuan sangat mulia, yaitu memperbaiki akhlak para siswa-siswi di lingkungan sekolah.
Rohis adalah sebuah organisasi yang mempedalam dan memperkuat ajaran Islam. Fungsi Rohis adalah forum, pengajaran, dakwah, dan berbagi pengetahuan Islam. Di Indonesia, Rohis lahir sejak akhir tahun 1980, berawal dari sebuah upaya dan keinginan untuk memberikan solusi kepada para pelajar muslim untuk menambah wawasan Islam.
Sebagai suatu organisasi, tentunya setiap anggota sadar jika mereka merupakan bagian dari Rohis, ditunjukkan dengan hadirnya mereka saat rapat mingguan yang dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis. Namun, seleksi alam telah membuktikan kekonsistenan mereka atas ekstrakulikuler ini. Ada saja anggota yang tak bertanggungjawab dengan tidak menghadiri kumpulan wajib. Setiap rapat, selalu terjalin adanya komunikasi antar sesama anggota. Mereka dengan bebas mengemukakan pendapatnya.
Setiap organisasi tentulah memiliki aturan yang berlaku dan sanksi yang mengikat. Begitu juga Rohis yang seringkali dikatakan orang memiliki aturan yang terlalu ketat. Namun, begitukah kenyataannya? Memang benar Rohis memiliki aturan yang ketat, tapi bukannya setiap organisasi haruslah memiliki aturan yang ketat agar dapat terus berdiri? Seperti Rohis, aturan yang dibuatnya tentulah berlandaskan atas syariat Islam. Tidak aneh jika kita melihat anggota Rohis dilarang berpacaran, dan tentu saja mereka sangat taat menjalankan ajaran Islam. Jadi aturan-aturan itu bisa dianggap ketat atau tidak tergantung dari mana orang memandangnya.
Semua organisasi pasti memiliki kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap anggotanya, begitu pula Rohis. Setahun sekali Rohis rutin melaksanakan kegiatan Isra Mi’raj, Qurban, dan Maulid Nabi, sedangkan kegiatan di luar sekolah seperti ISF (Islamic Student Fair) yang diadakan oleh FAROS (Forum Aksi Rohis Subang).
Sering kita dengar bahwa anggota wanita Rohis identik dengan kerudung yang panjang (menutupi dada hingga perut) atau pakaian yang berlapis-lapis dan gombrang (longgar). Menyangka bahwa mereka melakukannya karena terpaksa oleh aturan, namun tidak begitu kenyataannya. Tidak ada aturan yang mewajibkan mereka memakai kerudung yang panjang atau baju yang berlapis. Mereka melakukannya dengan ikhlas dan senang hati, bahkan menganggap bahwa itu adalah suatu kehormatan bisa benar-benar menjaga dirinya. Soal berpacaran, seringkali orang beranggapan bahwa jika ada anggota yang diketahui berpacaran, maka mereka akan segera disidang dan ditindaklanjuti. Ketika seorang pelajar yang seharusnya fokus terhadap masa depannya, meraih angan, tentu saja mereka belum cukup dewasa untuk dapat menjalani suatu hubungan yang serius. Hidup merupakan pilihan, Rohis selalu membebaskan anggotanya untuk menjalani hidup mereka masing-masing, tugas Rohis hanyalah membimbing mereka ke jalan yang benar, memperbaiki akhlak yang mulai rusak.
Adapun struktur organisasi Rohis adalah sebagai berikut. Pembina, Ibu Hj.Rohmah; Ketua laki-laki, Sholeh RT; Ketua Perempuan, Candra; Wakil Ketua, Rival dan Aulia; Sekretaris, Meli; Bendahara, Ari. Di SMAN 1 Subang, Rohis ada di bawah naungan OSIS. Sedangkan di luar, Rohis termasuk dalam FAROS yang berada di bawah naungan Kementrian Agama.
Anggota Rohis juga mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan organisasi lain, yaitu penyebutan ikhwan untuk laki-laki dan akhwat untuk perempuan, salam khasnya yang jika ditanya apa kabar, mereka selalu menjawab “Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar”.
Kita tentu tidak menginginkan akhlak para remaja yang kian hari makin memburuk, seperti menjamurnya anak-anak muda seperti Awkarin yang kontroversial. Sebaliknya, kita membutuhkan lebih banyak lagi para remaja seperti anak-anak Rohis yang senantiasa menjaga dirinya dari hal-hal yang berbau negatif, tetap menjadi dirinya yang terbaik walau banyak yang salah sangka terhadap mereka. Merekalah para islamis yang menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, senantiasa berbuat baik terhadap sesama, toleransi, dan menjauhi kekerasan. Mereka bukan generasi Islam dari para teroris yang melakukan pembantaian yang mengatasnamakan agama. Pada akhirnya, setiap unit di sekolah harus mendukung adanya Rohis sebagai penyeimbang dari dampak yang dihasilkan dari globalisasi, yaitu merosotnya nilai dan norma pada sebagian remaja saat ini.

Lampiran:
karya: Melania Fidela Ghaida Dan kawan-kawan SISWI KELAS XI IPS

Wawancara dilakukan di masjid Ash-Shalihin, SMAN 1 Subang, dengan narasumber Aulia dan Rindu kelas XII IPA dan IPS, pada tanggal 29 Juli 2016.