Minggu, 10 September 2023

Pengertian, Fungsi, dan Prosedur Elektrokardiogram (EKG)

Pengertian, Fungsi, dan Prosedur Elektrokardiogram (EKG) 

  


 


PENGERTIAN

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang di buat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda : elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio , kata yunani untuk jantung, gram, sebuah kata yunani yang berarti “menulis” ( http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram).

Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktivitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. Jantung normal akan memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian di hantar ke simpul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.

Dalam EKG perlu diketahui tentang sisitem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari :

1.      SA Node (sino-atrial Node)

Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali per menit, kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.

2.      AV Node (Atrio- Ventrikular node)

Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, di atas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih redah dan pada SA Node yaitu : 40-60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka di kuasai oleh SA N ode yang mempunyai impuls lebih tinngi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan di keluarkan oleh AV Node.

3.      Berkas His

Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :

a.      Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch )

b.      Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )

Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan di teruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinje.

4.      Serabut purkinje

Serabut purkinje ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls di alirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga akan tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali permenit.


TUJUAN DAN INDIKASI

1.      Tujuan

Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :

a.      Untuk mengetahui adnya kelinan- kelainan irama jantung/ disritmia

b.      Kelinan- kelinan otot jantung

c.       Pengaruh/efek obat-obat jantung

d.     Gangguan-gangguan elektrolit

e.      Perikarditis

f.        Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel

g.      Menilai fungsi pacu jantung.

2.      Indikasi dari Penggunaan EKG

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilakn informasi diagnostik yang penting. Adapun indikasi EKG adalah :

a.      Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung

b.      EKG memendu tingkatan terapi dan resiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut.

c.       EKG membantu menemukan gangguan lektrolit (mis, hiperkalemia dan hipokalemia)

d.     EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi ( mis: blok cabang berkas kanan dan kiri )

e.      EKG di gunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selam uji  stress jantung

f.        EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis : emboli paru atau hipotermia ).



MACAM DAN MAKNA GELOMBANG EKG

1.      Bentuk gelombang

Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari P,Q,R,S,T,dan U ( kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U ) sedangkan interval terdiri dari PR interval, QRS interval QT interval dan segmen terdiri dari PR segemen, dan ST segmen. Elektrokardiogram terdiri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas 3 gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S, namun jarang ditemukan, sinyal EKG terdiri atas :

a.      Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis. Bentuk gelombang P dapat diperoleh dengan memproyeksikan vektor P pada garis-garis sandapan. Pada bidang Frontal

b.      Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama ke bawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R di sebut gelombang S.

c.       Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat ( repolarisasi ).


2.      Pembentukan gelombang

Ketika impuls dari nodus SA menjalar kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P deleksi positif, terkecuali aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinys negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serat serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi dikedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif disemua sadapa, kecuali di aVR. ( F. Sangadji ).

Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P, sebuah “ kompleks QRS “, dan sebuah gelombang T, kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam eletrokardiogaram yang normal, gelombang Q dan S sering sangat menonjol dar pada gelombang R dan kadang-kadang benar-benar absen, tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS.

Gelombang P disebabkan oleh arus listrik yang dibangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi, dan kompleks QRS di sebaban oleh arus listrik yang dibangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelm berkontraksi. Oleh karena itu, gelombang P dan kompnen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T disebabkan oleh arus listrik yang dibangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.

3.      Durasi atau interval gelombang

a.      Interval P-Q atau interval P-R

Lama waktu antara permukaan gelombang P dan permukaan gelombang  QRS adalah interval waktua antara permulaan konraksi ventrikel. Periode ini di sebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q adalah kira-kira 0,16 detik.kadang-kadang intervala ini juga di sebut sebagai interval P-R sebabkan gelombang Q sering tidak ada.

b.      Interval Q-T

Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga di sebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki siat-sifat khas yang lain yaitu: amplituda rendah ( sekitar10 ɱV- 10 Mv ) dan frekuensi rendah ( sekitar 0,05- 100 Hz )

4.      Nilai-nilai EKG normal

a.      Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.

o   Nilai – normal : lebar <>

o   Tinggi < 0,25 >

o   Bentuk + ( ) di lead I,II,Avf,v2-v6

o   – ( ) di lead aVR

o   + atau – atau + bifasik ( ) di lead III, aVl,VI.

b.      Kopleks QRS yaitu depolarosasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS lebar 0,04-0,10 detik

o   Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam  < 1/3>

o   Gelombang R yaitu defleksi pertama yang ke atas (+)

Tinggi : tergantung lead

Pada lead I,II,aVF,V5 dan V6 gelombang R lebih tinggi ( besar )

Gelombang R kecil di V1 dan semakin tinggi ( besar ) di V2-V6

o   Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gelombang R yang ke bawah ( -)

o   Gelombang S lebih besar pada VI-V3 dan semakin kecil di V4-V6

c.       Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel

o   ( + ) di lead I,II,Avf, V2-V6

o   (- ) DI LEAD aVR

o   ) / bifasik di lead III, Avl, VI ( Dominan (+)/ positif )

o   U: biasanya tejadi setelah gelombang T (asal-usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.



SANDAPAN PADA  EKG ( BIPOLAR UNIPOLAR )

Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini diibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.


1.      Sadapan bipolar

Sadapan mipolar (I, II, III).  Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial  dari dua electrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertical (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda yaitu kutub positif dan kutub negative. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.

Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel electrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel electrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut:

a.      Sadapan I

Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang dibuat bermuatan negative dan LA yang dibuan bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.

b.      Sadapan II

Sadapan II dihasilkan dari perbedaan RA yang di buat bermuatan negative dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya kea rah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.

c.       Sadapan III

Sadapan III dihaasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.

2.      Sadapan Unipolar

Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferen. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.

a.      Unipolar Ekstremitas

Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada eksimatis. Gabungan electrode pada ekstremitas lain membentuk electrode indifferen (potensial 0).

Sadapan ini di letakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang di gunakan pada sadapan bipolar.

Vektor dari sadapan univolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.

o   Sadapan aVL

Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang di buat bermuatan positif dengan RA dan LF yang di buat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah

-30 derajat ( sudutnya ke arah lateral kiri ). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL

o   Sadapan aVF

Sadapan aVF di hasilkan dari perbedaan antar muatan LF yang di buat bermuatan positif dengan RA dan LA di buat indeferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat ( tepat ke arah inferior ). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III oleh sadapan aVF

o   Sadapan aVR

Sadapan aVR di hasilkan dari perbedaan antar muatan RA yang di buat bermuatan positif dengan LA dan LF di buat indefferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik jantung – 150 derajat ( ke arah ekstrem ).

            Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat diringkas seperti yang di gambarkan di atas. Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan di lengkapi dengan unipolar prekordial ( sadapan dada ).

b.      Univolar prekordial

Sadapan univolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi di letakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent ( potensial 0 ) di peroleh dari penggabungan ketiga elektrode ekstremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal ( jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior, dan ventrikel sebelah kanan ).

Penempatan di lakukan berdasrkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang di mulai dari nomor C1-C6.

o   ²  V1 : ruang interkostal IV garis sternal kanan

o   ²  V2 : ruang interkostal IV garis sternal kiri

o   ²  V3 : ruang interkostal V2 dan V4

o   ²  V4 : ruang interkostal V garis midklavikula kiri

o   ²  V5 : sejajar V4 garis aksila depan

o   ²  V6 : sejajar V4 garis mid-aksila kiri.


PROSEDUR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PEMASANGAN EKG DAN LETAK SANDAPAN

1.      Persiapan alat-alat EKG

a.      Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel , sebagai berikut :

b.      Satu kabel untuk listrik (power)

c.       Satu kabel untuk bumi (ground)

d.     Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.

e.      Plat elektrode yaitu

f.        4 buah electrode  extremitas dan manset

g.      6 buah electrode dada dengan balon penghisap.

h.      Jelly electrode / kapas alcohol

i.        Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)

j.        Kertas tissue

2.      Persiapan pasien

a.    Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG

b.    Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman

3.      Cara menempatkan electrode

Sebelum pemasangan electrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel electrode dengan pasien.

a.      Electrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan

b.      Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam

c.       Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai kebahu  kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan. Kemudian kabel-kabel dihubungkan:

Merah kanan-(RA/ R) lengan

Kuning (LA / L) Lengan kiri-

Hijau (LF / F) Tungkai kiri-

(RF / N) Tungkai kanan (sebagai ground)- hitam


Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)

1.      Sandapan bipolar ( sandapan standar ) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.

2.      Sandapan unipolar extrimitas (augmented axtremity leat) yang di tandai dengan symbol aVR, aVL, aVF.

3.      Pemasangan elektroda dada (sandapan Unipolar Prekordial), inidi tandai dengan hurup V dan disertai angka dibelakangnya yang menunjukan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :

V1 : sela iga ke 4 garis sterna kanan

V2 :sela iga ke 4 pada garis sternal kiri

V3 : terlrtak pada V2 dan V4

V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri

Sadapan tambahan

V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4

V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4

V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4

V3R-V4R posisinya sama dengan V3-V4, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah EKG di buat 12 sandapan ( lead ) yaitu :

I,II,III, Avr, Avl,Avf

V1,v2,v3,v4,v5,v6.

Sandapan yang lain di buat bila perlu.

Lokasi permukaan otot jantung dapat di lihat pada EKG, seperti :

a.      Anterior : V2,V3,V4

b.      Septal : Avr, V1,V2

c.       Lateral : I, aVL , V5,V6

d.     Inferior : II,III, aVF

Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 ( deviasi aksis normal )

Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksi kiri)

Lebih dari + 110 : RAD ( deviadi aksis kanan)


Cara merekam EKG

1.      Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.

2.      Periksa kembali standarisasi EKG antara lain

a.      Kalibrasi 1 mv ( 10 mm)

b.      Kecepatan 25 mm/detik

Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run / srart dan setelah kertas bergerak, tombol kali brasi di tekan 2-3 kali berturut- turut  dan periksa apakah 10 mm

3.      Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut – turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan , tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG

4.      Rapikan pasien dan alat-alat

a.      Catat di pinggir kiri atas kertas EKG

b.      Nama pesan

c.       Umur

d.     Tanggal /jam

e.      Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah

5.      Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian



Perhatian !

1.      Sebelum bekerja periksa dulu tegangan alat EKG.

2.      Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.

3.      Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing- masing 2-4 kompleks

4.      Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil

5.      Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti : jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain

6.      Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.


Pasca prosedur EKG

Elektroda EKG dilepas. EKG tidak akan menyakitkan dan non-invasif, artinya kulit Anda sama sekali tidak akan rusak (tidak seperti jarum yang menembus kulit). Dokter dapat menginterpretasikan hasil EKG langsung berdasarkan riwayat medis kesehatan, gejala, dan pemeriksaan klinis pasien.

Setelah dirumah

Pasien dapat melanjutkan aktivitasnya seperti biasa setelah menjalani tes EKG. EKG adalah tes medis non-invasif dan tidak melibatkan penggunaan obat-obat (seperti anestesi) atau memerlukan waktu untuk pemulihan.

Kemungkinan komplikasi EKG

EKG merupakan prosedur medis yang aman, dan sejauh ini belum ditemukan risikonya. EKG tidak mengirimkan arus listrik ke tubuh Anda, artinya Anda tidak terkena stroom. Hanya saja ada kemungkinan adanya orang yang mungkin mengalami alergi atau sensitif terhadap elektroda yang menyebabkan kulit mereka gatal dan kemerahan. Namun hal ini sangat jarang terjadi.

Prospek jangka panjang

Hasil EKG akan menentukan langkah perawatan pasien selanjutnya, jika memang diperlukan perawatan. Pengobatan juga tergantung dari diagnosis tapi biasanya mencakup, misalnya:

Aritmia - obat atau operasi (seperti memasang alat pacu jantung buatan)

Penyakit arteri koroner atau serangan jantung - obat seperti beta-blocker, berhenti merokok, perubahan pola makan dan operasi bypass arteri koroner

Tekanan darah tinggi - perubahan pola makan, olahraga teratur, dan obat-obatan.


Tes lain untuk memeriksa jantung

Tes-tes lain yang dapat membantu mendiagnosis masalah jantung, antara lain:

Pemeriksaan fisik

Sinar-x (rontgen) dada

Echocardiogram (USG jantung)

Magnetic resonance imaging (MRI) atau CT scan dada

Tes darah

Kateterisasi jantung (penyisipan kateter melalui pembuluh darah pangkal paha ke jantung).



Sumber:

https://www.medkes.com/2015/09/pengertian-fungsi-prosedur-elektrokardiogram-ekg.html

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/elektrokardiogram-ekg.html

http://nersnova.blogspot.com/2012/05/elektrokardiogram-ekg.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram

https://en.wikipedia.org/wiki/Electrocardiography



Macam Macam Kontrasepsi KB

Latar Belakang 

 Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal, kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia. 

Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, susuk. Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga lebih terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat menghambat pembuahan. 

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004). 


  Definisi 

Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008).

Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO 2006).

KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu Chanranika.2010).
Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi  hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012).


MANFAAT KONTRASEPSI 

a. Kontrasepsi

Efektifit bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak manggangu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya harus ditunda

b.   Non kontrasepsi
Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker srviks (mengurangi iritasi bahan karsinogonik eksogen pada servik)
Saling berinteraksi sesama pasien



MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL 

 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)

Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah / mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb:

1. Metode Amenorea Laktasi

a. Definisi
metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian air susu.  kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. 
metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi : 
ibu belum mengalami haid.
bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan malam. 
bayi berusia kurang dari 6 bulan


b. Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eklusif (tanpa  memberikan makanan atau minuman tambahan).


Cara kerja
  Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.   
d. Indikasi 
Metode amenorea laktasi  (MAL) dapat digunakan oleh  wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) wanita yang menyusui secara eksklusif.
b) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan. 
 e. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL
a) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.



2. Senggama Terputus (koitus interuptus) 

a. Definisi
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Cara Kerja Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan dengan benar,  Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping,  Dapat digunakan setiap waktu,Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi, Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana, Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.


b. Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lainnya
e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
c. Kontraindikasi 
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis ·
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.



3. Suhu basal
a. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Metode suhu tubuh dilakukan dengan wanita mengukur suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun dan akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone progesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan suhu tubuh basal wanita naik. Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan motivasi, Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami, Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal, Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehinggamempersulit untuk mencapai kehamilan, Membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini hanyalah mendeteksi pasca ovulasi. Sedangkan Keuntungan dari metode ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur, Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi, Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender serviks, Berada dalam kendali wanita, Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan. Efek SampingPantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama. Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun.

b. Indikasi

a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur.
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

c. Kontraindikasi

a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.



4. Metode lendir serviks

a. Definisi 
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Kelebihandari metode ini adalah mudah digunakan, tidak memerlukan biaya,  metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan. Sedangkan kekurangannya yaitu Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain, Tidak cocok untuk wanitayang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya, Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi  dapat mengaburkan tanda-tanda  kesuburan, Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.  Efek sampingnya yaitu Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.


b. Indikasi

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan kurus atau gemuk.
d) Perempuan yang merokok.
e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, 
f) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.


c. Kontraindikasi 

a) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.



5. Sistem kelender

a. Definisi 
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode  kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini adalah Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat, Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus, Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, Tidak memerlukan biaya dan tempat pelayanan kontrasepsi, Tidak ada efek samping. Keterbatasan / kekurangan antara lain memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri, Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

b. Indikasi

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause. 
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat.

c. Kontraindikasi 

a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah abortus).
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.


Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat.


1. Kondom 



a. Kondom pria
Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks, poliuretan (plastik) atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis.Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi untuk mencegah sperma masuk kedalam sperma. Kondom lateks dan poli uretan merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengerangi resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan kegagalan kontrasepsi adalah defek pada kondom itu sendiri. Defek yang dimaksud antara lain kelemahan bahan, yang dapat menyebabkan kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau ada lubang yang sangat kecil, yang membuat kondom tidak efektif. Walaupun penggunaan kondom telah di gunakan secara luas, beberapa pasangan masih memiliki perasan negative terhadap kondom. Beberapa pasangan merasa kondom membuat sensasi terasa tumpul, beberapa yang lain merasa bahwa kondom menciptakan penghalang diantara mereka saat mereka menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama hubungan seksualnya.
b. Kondom  wanita
Kondom terbuat dari lapisan  polyiretane tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan dapat  digerakkan pada ujung yang tertutup,  yang dimasukkan ke dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan yang tetap berada diluar vagina dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan kesehatan professional. Kondom tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah kehamilan tetepi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea, klamidia dan trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan kondom untuk pria,  kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap PMS yang ditularkan lewat kulit, seperti  human papiloma virus ( HPV / kutil genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid, karena alat kontrasepsi tersebut menutupi  sebagian besar area, yang sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis.


a) Definisi 

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual. Kondom menghalangi masuknya spermatozoa kedalam taktus genetalia interna vagina. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal : bentuk, warna, pelumas, bahan. Kondom adalah suatu karet tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang tegang sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna untuk mencegah penularan penyakit menular (BKKBN.2008).

b) Cara Pemakaian Kondom
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pada waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)

c) Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)

d) Indikasi Pemakaian Kondom
6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan laboratorium.
Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum.
Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis yang pasti.
Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang dipakai.
Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.

e) Kontraindikasi 
1. Absolut
Pria dengan ereksi yang tidak baik.
Riwayat syok septik.
Tidak bertannggung jawab secara seksual.
Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.

f) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
g) Keterbatasan
Efektifitas tidak terlalu tinggi
Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

h) Keuntungan
Mencegah kehamilan
Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (PMS)
Dapat diandalkan, Relatif murah
Sederhana, ringan dan disposible
Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
Reversible
Pria ikut serta aktif dalam program KB

i) Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri  dan panas akibat : alergi terhadap karet kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin.

Pengobatan :
a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan cara lain
b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom jangan terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air mani yang membahu karena adanya benda asing didalamnya dan terjadi infeksi
Penganggulangan dan pengobatan :
a. Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi beri antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat berhubungan
Penanganan :
a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikroginon)


4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
Penanganan :
a. Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain (Prawirohardjo, Sarwono.2008)

2. Diafragma
a) Definisi
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang lebih tebal dari pada kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai diagfragma pegas tersebut memungkinkan penekanan ketika diagfragma dimasukan sehingga diafragma dapat kembali kebentuk seperti semula dan mengikuti bentuk dalam jaringan vagina ketika ditempatkan didalam. Ketika berada dalam posisi yang benar ,dengan sisi kubah berada dibawah dan bingkai diagfragma menempel ketat pada dinding vagina anterior dan lateral, diagfragma secara keseluruhan dapat menutupi  serviks. Penghalang tersebut bila dikombinasikan dengan jelly atau dengan krim spermisida yang dioles mengelilingi bingkai diagfragma dan didalam kuba, dapat menolak sperma masuk kelubang serviks sehingga sperma tidak bertemu sel telur. Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS, seperti klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta lebar bingkai diafragma:
Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja stainless yang sangat ringan.
Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi pegas datar dan pegas kumparan .
Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun pegas lengkung.

b) Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan berikut :
Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
Sistokel (derajat dua atau tiga)
Antervensi atau retroversi uterus yang berat
Fistula vesikovagina atau rektro vagina
Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan spermisida yang terdapat didalam diagfragma.


3. Cervical Cap



Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar kerucut, dengan cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat melekat erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks serviko vaginal. Pada prinsipnya,  cervical cap tidak seperti diafragma yang menciptakan penghalang terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan juga menampung spermisida untuk mencegah kehamilan. Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV. Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan dengan penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut :  
a)      Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal
b)      Adanya keganasan uterus atau serviks
c)      Riwayat sindrom syok toksis
d)     Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini
e)      Alergi terhadap lateks dan spermisida.

4. Pelindung Lea
a) Definisi 
Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon dengan diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila wanita ingin menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila digunakan bersama spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi metode kontrapsesi lain.


5. FemCap



Alat ini sejenis  cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-alergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi pelaut) yang  menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut. Topi  penutup  melekatkan FemCap jauh lebih kecil,  tetapi kesulitan untuk melepasnya  jauh lebih besar  kendati alat ini  memiliki tali  pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah dan risiko kehamilan pun lebih besar.


6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD



a). Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan   panjang. dimasukkan  ke  dalam  rahim  yang  bentuknya  bermacam-macam  terbuat  dari  plastik, plastik  yang  dililit  tembaga. Cara  kerja Yaitu  menghambat  kemampuan  sperma  untuk  masuk  ke  tubba  fallopi  dan  mempengaruhi  fertilitasi  sebelum  ovum  mencapai  kavum  uteri.
b). Indikasi 
Usia  reproduksi  (25 – 49 tahun).
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka  panjang.
Menyusui yang menginginkan menggunakan  kontrasepsi.
Setelah  Abortus  dan  tidak  terlihat  adanya  infeksi
Resiko  rendah  dan  IMS (infeksi  menular  seksual)
Tidak  menghendaki  metode  hormonal.
c). Kontraindikasi
Sedang  hamil  atau  kemungkinan  hamil
Perdarahan  pervaginam  yang  tidak  diketahui  (sampai  dapat  di  evaluasi).
Sedang  menderita  infeksi  alat  genital  (Vaginitis  servisitif).
Ukuran  rongga  rahim  kurang  dari  5  cm dan tumor  jinak  rahim.
d). Efek samping
Terjadi  perdarahan  yang  lebih  banyak  dan  lebih  lama  pada masa  menstruasi.
Keluar  bercak-bercak  darah  (Spotting)  setelah  lama  2  hari  pemasangan.
Kram  atau  nyeri  selama  menstruasi.
Keputihan.




KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008). 
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).


Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal

Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). 

Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). 

Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007). 

Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).

 Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal

1. Kontrasepsi Pil




a. Definisi

Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).

b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
Amenorhea
Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Pelumasan yang tidak mencukupi
Perubahan lemak
Disminorea
Kerusakan toleransi glukosa
Hipertrofi atau ekropi serviks
Perubahan visual
Infeksi pernafasan
Peningkatan episode sistitis
Perubahan fibroid uterus.



2. Kontrasepsi Suntik




a.  Efektivitas kontrasepsi Suntik.

Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
b. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a).  Mencegah ovulasi
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

e. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan


3. Kontrasepsi Implant





a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea
Aman dipakai pada masa laktasi.
b).  Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Lendir serviks menjadi kental
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.

d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya kembali jika ada keluhan
Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi dan memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan kejadian endometriosis.

e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.







KESIMPULAN

Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia. Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.


SARAN
1.      untuk pembaca harap konsultasikan dengan bidan atau dokter spesialis OBGYN supaya tahu jenis kb apa yang cocok
2.  jangan disalahgunakan penggunaan KB



DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP
http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal 28 agustus 2016

Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi Kontraepsi. Jakarta : YBPSP
Sarwono Prawiro hardjo. 2008. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: YBPSP

Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN
Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : yayasan bina pustaka

Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta :  yayasan bina pustaka

Prawihardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam. Jakarta : yayasan bina pustaka