Senin, 06 Januari 2014

Analisis Puisi Bukan Beta Bijak Berperi


ANALISIS PUISI BUKAN BETA BIJAK BERPERI


BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Karya
Rustam Efendi

Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan beta budak Negeri
Musti menurut undangan mair
Sarat-sarat saya mugkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma

Susah sungguh saya sampaikan
Degup-degupan di dalam kalbu
Lemah laun lagu dengungan
Matnya digamat rasaian waktu
Sering saya susah sesaat
sebab madahan tidak nak datang
sering saya sulit menekat
sebab terkurang lukisan memang

bukan beta bijak berlayu
dapat melemah bingkaian pantun
bukan beta berbuat baru
hanya mendengar bisikan alun
I. ANALISIS

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

1. Tipografi

Tipografi yang dimiliki oleh puisi-puisi sajak “Bukan Beta Bijak Berperi” merupakan jenis tipografi yang teratur karena memiki jumlah suku kata yang sama yaitu 8-12 suku kata. Selain itu juga memiliki jumlah kata yang tidak berbeda jauh dan persamaan bunyi yang serupa. Hal tersebut dimaksudkan agar irama dan rimanya menjadi teratur dan semakin indah untuk diperdengarkan dan dinikmati pembaca.

2. Diksi

Diksi yang digunakan disesuaikan dengan rimanya, sehingga mengambil sebagian diksi dari bahasa daerah dan bahasa lain. Diksi tersebut cocok digunakan dalam puisi tersebut. Rimanya sesuai dan memperindah puisi. Akan tetapi, diksi yang diambil dari bahasa tersebut kurang familiar di kalangan pembaca. Sehingga membuat pembaca yang masih awam merasa kesulitan dalam menafsirkan makna dan amanat dari puisi tersebut.

Diksi-diksi yang digunakan tersebut seperti, beta, bijak, berperi, madahan, mair, seloka, singkiri, sukma, laun, kalbu, mat, digamat, nak, mamang, dan alun. Diantara kata-kata terebut ada yang masih sangat jarang digunakan dalam karya sastra misalnya,

a. Berperi : berkata

b. Madahan : pujian

c. Mair : maut; kematian

d. Seloka : jenis puisi yang mengandung ajaran/sindiran

e. Singkiri : menghindari

f. Laun : pelan-pelan; perlahan; lambat

g. Mat : irama

h. Gamat : berlagu; melagukan

i. Nak : hendak

j. Mamang : peribahasa yang mengandung nasihat, bingung ketakutan

Puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” sangat sesuai untuk pembaca yang ingin menambah kosa kata baru di dunia kebahasaan. Selain itu, memperluas pandangan terhadap hal-hal yang baru.

3. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

Bahasa kiasan yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” terdapat tiga macam majas, yaitu:

a. Majas Hiperbola

1) Bukan beta budak negeri

2) Meski menurut undangan mair

b. Majas Personifikasi

1) Dapat terkurung kikisan memang

2) Dapat melemah bingkaian pantun

c. Majas Tautologi

1) Untai rangkaian seloka lama

d. Majas Repetisi

1) Bukan beta bijak berperi

2) Bukan beta budak negeri

3) Bukan beta bijak berlagu

4) Bukan beta berbuat baru

4. Rima

Rima yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” bersajak silang a b a b. Dalam persajakan tersebut terdapat pula Aliterasi dan Asonansi.

Aliterasi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” yaitu;

a. Bait 1

1) Bukan beta bijak berperi

2) Bukan beta budak negeri

b. Bait 2

1) Syarat sarat saya mungkiri

2) Beta buang beta singkiri

c. Bait 3

1) Susah sungguh saya sampaikan

2) Degub-deguban di dalam kalbu

3) Lemah laun lagu dengungan

d. Bait 4

1) Sering saya susah sesaat

2) Sering saya sulit mendekat

e. Bait 5

1) Bukan beta bijak berlagu

2) Bukan beta berbuat baru

Asonansi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah,

a. Bait 2

1) Syarat sarat saya mungkiri

2) Untai rangkaian seloka lama

b. Bait 3

1) Matnya digamat rasain waktu

5. Imaji

Imaji yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah unsur dengaran. Unsur dengaran tersebut diterangkan pada beberapa baris puisi, yaitu:

a. Lemah laun lagu dengungan

b. Matnya digamat rasain waktu

c. Hanya mendengar bisikan alun

6. Tema dan Amanat

Tema dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah Kebebasan berkarya sastra.

Amanat yang dapat diambil dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah:

a. Percayalah pada diri sendiri dalam membuat suatu karya.

b. Jangan mudah putus asa dalam melakukan pekerjaan, orang lain akan tetap menghargainya.

c. Carilah insiprasi dalam hidup dimana saja.

d. Hendaknya kita jangan pesimistis.

e. Jangan bimbang dan takut dalam melakukan hal yang dianggap benar.

7. Makna Puisi

Makna dari puisi diatas adalah penulis mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat berkata dengan bijaksana. Tidak pandai mengubah pujian dari syair. Penulis bukanlah budak Negara, walaupun harus menghadapi kematian. Ketentuan penuh telah penulis abaikan. Bahkan serangkaian sajak seloka lama, penulis juga telah mengabaikannya, karena penulis menganggap lagunya lahir dari jiwanya. Penulis merasa kesulitan untuk dapat menyampaikan irama yang terdapat dalam hati sanubari penulis. Lagu berdengung dengan lemah dan pelan, iramanya dilagukan sesuai dengan keadaan dan waktu. Kadang penulis merasakan kesusahan yang sesaat, karena menanti pujian. Penulis juga merasa sulit untuk dapat mendekat karena terperangkap dan terkikis oleh kebingungan dan ketakutan. Penulis tidak pandai dalam berlagu karena dapat melemahkan rangkaian pantun. Penulis tidak melakukan hal yang baru karena hanya mendengar lantunan lagu.
 

Tidak ada komentar: