Senin, 11 September 2023

PIODERMA

 PIODERMA




PENDAHULUAN

Piodenna merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di Departemen llmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidensnya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial- ekonomi.

Sebenamya infeksi kulit kecuali disebabkan oleh kuman positif-Gram seperti pada piodenna, dapat pula disebabkan oleh kuman negatif-Gram , misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiel/a . Penyebab yang umum ialah kuman positif-Gram, yakni streptokokus dan stafilokokus.

DEFINISI

Piodenna ialah penyakit kulit yang disebab- kan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.

ETIOLOGI

Penyebab utama ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidennidis merupakan penghuni nonnal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.

FAKTOR PREDISPOSISI

  1. Higiene yang kurang

  2. Menurunnya daya tahan

    Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit

    kronik, neoplasma ganas, diabetes melitus.

  3. Telah ada penyakit lain di kulit

    Karena terjadi kerusakan di epidennis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.


1. Pioderma primer

lnfeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, biasanya disebabkan oleh satu macam mikro- organisme.

2. Pioderma sekunder

Pada kulit telah ada penyakit kulit lain. Gambaran klinis tak khas dan meng-ikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai piodenna sekunder disebut im- petigenisata , contohnya : dennatitis impeti- genisata, skabies impetigenisata. Tanda impe- tigenisata, ialah jika terdapat pus, pustul, bula purulen, krusta berwama kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat pula disertai demam .


PENGOBATAN UMUM 

I. Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma . Berikut ini disebutkan contoh-contohnya

1.Penisilin G prokain dan semisintetiknya

a. Penisilin G prokain 

Dosis 1,2 juta per hari, i.m. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan i.m. dengan dosis tinggi, dan makin sering terjadi syok anafilaktaktik. A

b. ampisilin Dosis 4 x 500 mg, diberikan sejam sebelum makan.

c. Amoksisilin Dosis sama dengan ampisilin , keuntungan lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan . Juga cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

d. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase Yang termasuk golongan ini, contoh- nya: oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg per hari sebelum makan. Golongan obat ini mempunyai kelebihan karena juga berkhasiat bagi Staphylococcus aureus yang telah membentuk penisilinase


2. Linkomisin dan klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klin-damisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 150 mg sehari per oral. Pada infeksi berat dosisnya 4 x 300-450 mg sehari. Obat ini efektif untuk pioderma di samping golongan obat penisilin resisten-penisilinase . Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa kolitis pseudomembranosa, belum pernah penulis temukan . Linkomisin tidak dianjurkan lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek samping lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung ,

3. Eritromisin

 Dosisnya 4 x 500 mg sehari per oral. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan penisilin resisten-penisilinase . Obat ini cepat menyebabkan resistensi. Sering memberi rasa tak enak di lambung.

4. Sefalosporin

Pada pioderma yang berat atau yang tidak memberi respons dengan obat- obat tersebut di atas , dapat digunakan sefalosporin.Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-Gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohnya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg sehari


II. Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat diguna- kan untuk pengobatan pioderma. Obat topikal antimikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-Gram . Neomisin , yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, menurut pengalaman penulis jarang terjadi. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut berbentuk salap atau krim.

Sebagai obat topikal juga kompres terbuka, contohnya: larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1%o dan yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali. Yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium . Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori kain .

PEMERIKSAAN PEMBANTU

Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leuko- sitosis. Pada kasus-kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus atau streptokokus melainkan kuman negatif-Gram . Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, in vivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

BENTUK PIODERMA

Berbagai bentuk pioderma akan diibicarakan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elston OM , Berger TG , James WD . Bacterial Infection. In: Andrew's diseases of the skin. Clinical Dermatology. 10111 ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2006. p 251-96.

2. Braun FO, Plewig G, Wolff HH, Winkelmann RK. Dermatology. 3"' ed. New York: Springer Verlag; 1991 . p. 154-85

3. Swartz MN, Weinberg AN. Infections due to gram positive bacteria. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF. Dermatology in General Medicine. 8111 ed. New York: McGraw-Hill Book Company; 2012. p. 2121-263.





Tidak ada komentar: