Sabtu, 04 Januari 2014

Jejak Islam di Luar Angkasa



Posted in Jejak Islam dalam dunia Sains on September 19, 2011 | Leave a Comment »

Dunia Islam di zaman kekhalifahan sempat menjelma sebagai pusat studi astronomi dan astrologi. Studi astronomi dan astrologi mulai berkembang pada era kepemimpinan Khalifah Al-Mansyur sebagai penguasa ketiga Kekhalifahan Abbasiyah di abad ke-8 M. Studi astronomi dan astrologi di dunia Islam kian menggeliat sejak ditemukannya astrolabe oleh Al-Fazari. 



observatorium samarkand

Menurut sejarawan sains, Donald Routledge, kedua ilmu yang telah menguak rahasia langit itu mencapai puncak kejayaannya dalam peradaban Islam dari tahun 1025 M hingga 1450 M. Pada masa itu, di berbagai wilayah kekuasaan Islam telah lahir sederet astronom dan astrolog Muslim serta sejumlah observatorium yang besar dan megah. Tak dapat dimungkiri bahwa sederet astronom dan astrolog Muslim terkemuka, seperti Nasiruddin at-Tusi, Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu Al-Syatir, Abdur Rahman as-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, Al-Farghani, Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar, dan lainnya, telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan astronomi dan astrologi.

Bukti kejayaan yang diraih peradaban Islam dalam astronomi dan astrologi dapat dibuktikan melalui penamaan bintang dan sederet kawah bulan dengan nama-nama yang berasal dari bahasa Arab. Muslim Heritage Foundation mencatat ratusan nama bintang yang berasal dari peradaban Islam. Para astronom Muslim pada awalnya mengenal nama-nama bintang dari Almagest karya Ptolemeus–astronom Yunani yang hidup pada abad ke-2 M. Setelah menguasai pengetahuan serta teknologi dalam bidang astronomi dan astrologi, para ilmuwan Muslim pun mulai memberi nama bintang-bintang yang berhasil mereka temukan.

Sejarawan Jerman yang juga ahli dalam penamaan bintang dalam astronomi Islam, Paul Kunitzsch, mengungkapkan, ada dua tradisi penamaan bintang yang diwariskan oleh peradaban Islam. Pertama penamaan bintang melalui dongeng. Paul menyebut penamaan bintang secara tradisional ini sebagai indigenous-Arabic. Yang kedua, menurut Paul, penamaan bintang secara ilmiah (scientific-Arabic). Sayangnya, penamaan bintang yang dilakukan para ilmuwan Muslim telah dibelokkan oleh peradaban Barat. Hal itu dilakukan saat buku-buku teks bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12 M. Buku-buku teks bahasa Arab yang ditulis para astronom dan astrolog Muslim dengan sengaja dirusak sehingga maknanya pun berubah.

Selain itu, perusakan alih bahasa itu juga membuat nama-nama bintang yang ditemukan peradaban Islam kehilangan arti. Tak cuma itu, nama bintang juga secara sengaja dipindahkan dari satu ke yang lain. Sehingga, posisi bintang yang telah ditetapkan oleh para astronom dan astrolog Muslim itu berada dalam peta bintang yang berbeda. Untungnya, sebagian besar nama bintang yang diadopsi masyarakat Barat sejak bergulirnya Renaisans masih dalam bahasa Arab yang asli.

Salah seorang astronom Muslim yang sangat berpengaruh dalam penamaan bintang adalah Abu al-Husain `Abd Al-Rahma-n Al-Sufi (903 M-986 M). Orang Barat mengenalnya dengan panggilan Azophi. Al-Sufi secara sistematis berhasil merevisi katalog bintang yang dibuat Ptolemeus. Ia mengubah Almagest yang populer itu dengan Kitab Suwar al-Kawakib (Kitab Bintang-Bintang Tetap). Kitab yang dirampungkannya pada 964 M itu memang berbasis pada warisan astronomi Yunani. Meski begitu, nama-nama bintang yang tercatat dalam kitabnya itu berasal dari penemuannya sendiri dan diberi nama dalam bahasa Arab. Salinan kitab karya Al-Sufi itu sempat ditulis ulang olah putranya sekitar tahun 1010 M. Kini, kitab itu tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Oxford.

Menurut Paul, tradisi masyarakat lokal di negeri Muslim yang tersebar di Semenanjung Arab dan Timur Tengah memiliki nama tersendiri untuk beragam bintang yang terang, salah satunya adalah Aldebaran. Paul menambahkan, kerap kali masyarakat Muslim memperlakukan bintang tunggal seperti orang atau binatang. Bintang yang dikenal sebagai Alpha dan Beta Ophiuchi, tutur dia, dianggapnya sebagai anjing gembala. Paul menemukan fakta adanya penamaan bintang dalam bahasa Arab yang terdapat dalam buku Almagest karya Ptolemeus. “Contohnya nama bintang Fomalhaut berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘mulut ikan dari selatan’,” ungkap Paul.

Dalam kitab yang ditulisnya, astronom Muslim, Al-Sufi, telah mencatat hasil observasinya tentang Galaxi Andromeda. Ia menyebutnya sebagai ‘awan kecil’. Al-Sufi pun tercatat sudah berhasil melakukan observasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisinya, jarak, dan warna bintang-bintang itu. Ia juga mampu membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni Kitab Suwar al-Kawakib itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12, baik penjelasan teksnya maupun gambarnya.

Dari kitab inilah, masyarakat Barat salah satunya mengenal nama-nama bintang. Nama-nama bintang di luar angkasa yang ditemukan para ilmuwan Islam itu merupakan salah satu jejak kejayaan Islam. Nama Islam di Galaxi Peradaban Islam telah turut memberi nama ratusan hingga ribuan bintang dalam populasi galaksi. Dari sederet nama bintang yang ditemukan dan dinamai ilmuwan Muslim itu, hingga kini masih ada yang dipakai, bahkan ada pula yang sudah lenyap dan tak digunakan lagi oleh peradaban modern.

Berikut ini beberapa contoh nama bintang yang berasal dari warisan kejayaan Islam.

No  Nama Populer          Nama Arab                  Bintang

1.   Acamar                     Akhir an-Nahr              Theta Eri

2.   Achernar                 Akhir an-Nahr              Alpha Eri

3.   Acrab                        Al-’Aqrab                        Beta Sco

4.   Acubens                   Az-Zubana                     Alpha Cnc

5.   Adhafera                  Ad-Dafirah                     Zeta Leo

6.   Adhara                     Al-’Adhara                      Epsilon CMa

7.   Ain                             ‘Ain                                    Epsilon Tau

8.   Albali                       Al-Bali’                               Epsilon Aqr

9.   Alchibah                 Al-Khiba’                          Alpha Crv

10. Aldebaran             Ad-Dabaran                    Alpha Tau

11.  Alderamin            Adh-Dhira’ al-Yamin?   Alpha Cep

12.  Alfirk                      Al-Firq                                Beta Cep

13.  Algedi                    Al-Jady                               Alpha Cap

14.  Algenib                  Al-Janb                              Gamma Peg

15.  Algieba                  Al-Jabhah                         Gamma Leo

16.  Algebar                  Al-Jabbar                         Beta Ori

17.  Algol                       Al-Ghul                              Beta Per

18.  Algorab                 Al-Ghurab                         Delta Crv

19.  Alhena                  Al-Han’ah                           Gamma Gem

20.  Alioth                    Al-Jawn                             Epsilon UMa

21.  Alkaid                    Al-Qa’id                               Eta UMa

22.  Alkes                      Al-Ka’s                                Alpha Crt

23.  Almak                   ’Anaq al-Ard                     Gamma And

24.  Almeisan              Al-Maisan                         Gamma Gem

25.  Alnair                    An-Nayyir                        Alpha Gru

26.  Alnair                    An-Nayyir                        Zeta Cen

27.  Alnilam                 An-Nidham                      Epsilon Ori

28.  Alnitak                  An-Nitaq                            Zeta Ori

29.  Alphard                Al-Fard                               Alpha Hya

30.  Alphecca              Al-Fakkah                         Alpha CrB

( sumber: Muslim Heritage).

 Abadi di Kawah Bulan.

 Sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap sumbangan peradaban Islam, sebanyak 24 ilmuwan dan ulama Muslim terkemuka di era kejayaan telah diabadikan menjadi nama kawah bulan. Pemberian nama ke-24 ilmuwan Muslim itu pun telah mendapat pengakuan dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Hanya satu nama tokoh Muslim yang tak diakui IAU menjadi nama kawah bulan, yakni Muhammad Abduh (1849 M-1905 M). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970, dan 1976.

Pada awalnya, nama ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan itu disebut dalam bahasa Latin, seperti Alhazen, Azophi, Alpetragius, Albataneus, Alfraganus, dan lainnya. Namun, kemudian diberi nama aslinya dalam bahasa Arab.

Berikut nama-nama tokoh dan ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan.

 1. Abulfeda. (1273 M-1331 M).

Nama lengkapnya Isma’il Ibn Abu al-Fida. Ia adalah ahli geologi dari Suriah

2. Abulwafa. (940 M-998 M).

Bernama lengkap Abu al-Wafa al-Buzajani. Matematikus dan astronom asal Persia

3. Al-Bakri. (1010 M-1094 M).

Geografer Muslim asal Andalusia itu bernama Abu `Ubayd Abdallah Ibn `Abd al-Aziz Ibn Muhammad al-Bakri.

4. Al-Biruni. (973 M-1048 M).

Ilmuwan serba bisa yang populer di Afghanistan dan India itu bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Dia seorang astronom, matematikus, dan geografer

5. Al-Khwarizmi.

Matematikus dan astronom kelahiran Khwarizmi itu bernama lengkap Muhammad ibnu Musa al-Khwarizmi.Al-Marrakushi.

6. Abu `Ali al-Hasan Ibn `Ali al-Marrakushi adalah astronom dan matematikus asal Maroko dan bekerja di Mesir pada abad ke-13 M.

7. Albategnius.

Muhammed bin Jaber Al-Battani dikenal di dunia Barat dengan panggilan Albategnius. Dia seorang astronom dan matematikus yang berasal dari Harran, Mesopotamia.Alfraganus.

8. Abu ‘l-’Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farghani adalah astronom terkemuka di Baghdad yang berasal dari Iran pada abad ke-9 M.

9. Alhazen. (987 M-1038 M).

Nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan Ibn al Haytham. Ahli fisika, matematika, dan astronomi itu mengabdikan hidupnya di Mesir

10. Almanon. Ini merupakan nama panggilan orang Barat terhadap Abu Ja’far Abdallah al-Ma’mun ibnu Harun al-Rashid. Khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa pada 813 M-833 M.

11. Alpetragius. Astronom asal Andalusia itu bernama Abu Ishaq Nur al-Din Al-Bitruji Al-Ishbili.Arzachel. Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash al-Zarqalluh or al-Zarqali. Matematikus terkemuka ini berasal dari Toledo, Andalusia.

12. Avicenna. (980 M-1037 M).

Ilmuwan legendaris Muslim itu bernama Abu `Ali al-Hussayn Ibn Sina Azophi. Nama lengkapnya Abdurrahman Al-Sufi. Dia adalah astronom terkemuka yang menulis tentang bintang.Geber. Astronom abad ke-12 M asal Andalusia itu sebenarnya bernama Abu Muhammad Jabir Ibn Aflah al-Ishbili.

13. Ibnu Battuta.

Penjelajah dan geografer Muslim asal Maroko itu bernama Abu Abd Allah Muhammad

Ibn `Abd Allah Ibn Battuta.

14. Ibnu Firnas. Orang Barat menyebutnya Armen Firman. Insinyur pencipta kapal terbang itu bernama lengkap Abbas Ibn Firnas.

15. Ibnu Yunus. (950 M-1009).

Astronom Mesir itu bernama Abu al-Hasan bin Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi.

16. Ibnu-Rushd. Dokter dan filsuf Muslim asal Andalusia ini bernama Abu al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rushd.

17. Messala.Nama lengkapnya adalah Ma-sha’ Allah ibnu Athari al-Basri. Dia adalah astronom asal Irak.

18. Nasiruddin.

Ilmuwan terkemuka asal kota Tus, Khurasan, ini bernama lengkap Muhammad ibnu Muhammad ibnu al-Hasan al-Tusi.

19. Omar Khayyam. Dia adalah sastrawan, astronom, dan matematikus terkemuka asal Persia yang hidup pada abad ke-11 M. Dia juga dikenal dengan panggilan al-Khayyami. 20. Thebit. Ilmuwan asal Irak ini bernama lengkap Thabit Ibn Qurrah al-Sabi’ al-Harrani 21. Thabit Ibn Qurra. Ia hidup pada abad ke-9 M.

22. Ulugh Beigh. Dia adalah penguasa Dinasti Timurid yang juga mencintai astronomi serta sempat membangun observatorium. Nama lengkapnya adalah Mirza Mohammad Taragai bin Shahrukh.

REPUBLIKA – Selasa, 21 Oktober 2008.

Diambil dari :


Wallahu’alam bish shawwab.

Tidak ada komentar: