Minggu, 05 Januari 2014

Indonesia Capai 7 Summits



Indonesia Capai 7 Summits

Pendakian 7 puncak ( The Seven Summits) benua adalah sebuah pendakian prestisus di dunia pendakian internasional. Dengan mendaki ke tujuh puncak benua yang terdiri dari Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Indonesia, Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif (4.889 mdpl ) di Antartika, Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina, Everest (8.848 mdpl) di Nepal dan Denali (6.194 mdpl) di Alaska maka secara otomatis pendaki tersebut akan mendapatkan julukan sebagai The Seven Summiteers sebuah sebutan yang disepakati secara internasional bagi mereka yang berhasil mencapai 7 puncak.
Sejarah dunia mencatat seorang Richard “Dick” Bass, pemilik Snowbird Ski Resort, Utah, Amerika Serikat berhasil menggenapi pendakian The Seven Summits pada tanggal 30 April 1985 dengan Puncak Everest (8.848 mdpl) sebagai penutupnya dan berhasil menciptakan dirinya menjadi The Seven Summiteers pertama di dunia.
Lalu bagaimanakan dengan Indonesia ? Sebagi pemilik salah satu puncak The Seven Summits seharusnya Indonesia memiliki Seven Summiteers. Usaha mencapai gelar ini dimulai oleh (Alm) Norman Edwin dari Mapala Universitas Indonesia. Tetapi langkahnya harus terhenti di Aconcagua (6.962 mdpl) ketika jenasahnya ditemukan di gunung tersebut bersama jenasah (Alm) Didiek Samsu juga dari Mapala Universitas Indonesia. Sejak musibah ini terjadi pendakian untuk menggapai gelar The Seven Summiteer bagi Indonesia bagai hilang begitu saja.
Hingga akhirnya di awal tahun 2009, Mahitala Unpar berhasil mencapai Carstenzs Pyramid pada tanggal 23 dan 26 Febuari 2009. Maka Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) dengan Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) sebagai pendakinya akan segera mendaki 6 puncak lainnya hingga tanggat waktu 2011.
Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia (4.884 mdpl) – Piramidanya Indonesia
Bersama tujuh pendaki Mahitala Unpar, keempat pendaki ISSEMU berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramid pada tanggal 23 dan 26 Febuari 2010. Puncak Carstenzs yang kerap diselimuti kabut menjadi sebuah saksi bisu bahwa perhelatan pendakian Seven Summitsnya ISSEMU sudah dimulai.
Pendakian menuju Puncak Carstensz Pyramid dilakukan melalui jalur normal (atau sering disebut juga sebagai Harrer’s Route). Pendakian di jalur normal akan selalu dimulai dari Lembah Danau-Danau atau Lembah Kuning sebagai pemilihan Basecamp. Selepas dari Basecamp Lembah Kuning, pendaki harus mendaki vertikal ke arah Teras Kecil dan disambung pendakian vertikal menuju Teras Besar.
Setelah itu tim akan segera tiba di punggungan puncak (summit ridge). Di summit ridge ini pendaki ISSEMU harus melewati jurang besar yang membentang sepanjang +/- 15 meter. Melewati jurang ini diperlukan peralatan pendakian yang lebih lengkap dari sebelumnya dan mengunakan teknik penyeberangan tyrolean di mana setiap orang harus bergantung di seutas tali yang membentang secara horisontal dan menyeberangi tali tersebut selayaknya pasukan komando yang sedang mengendap-endap. Dari sini perjalanan menuju puncak tertinggi hanya perlu melewati 2 jurang yang memiliki bentangan hanya kira-kira satu setengah meter sehingga para pendaki dapat lebih mudah mencapai puncak.
Selain Puncak Carstenzs Pyramid, Mahitala Unpar juga berhasil mendaki 8 puncak Pegunungan Sudirman yang membentang dari barat ke timur. Proses pertama pencapaian puncak pertama ini Mahitala Unpar boleh berbangga hati karena diantara kesebelas puncak yang berhasil didaki, 4 diantaranya belum pernah didaki oleh siapapun juga (first ascend). Kedelapan puncak yang berhasil diraih oleh Mahitala Unpar antara lain : Puncak Idenburg (4.730 mdpl), Puncak Merah Putih (4.284 mdpl), Puncak Garuda (4.613 mdpl), Puncak Mahitala (4.610 mdpl), Puncak Unpar (4.523 mdpl), Puncak Jaya atau Soekarno (4.862 mdpl), Puncak Sunday Peak, dan Puncak Carstensz Timur.
Kilimanjaro, Tanzania, Afrika (5.895 mdpl) – Napak Tilas Zaman Purba Kilimanjaro
Pendakian akhirnya dilanjutkan menuju puncak tertinggi di Benua Afrika yakni Kilimanjaro. Untuk mendaki Kilimanjaro, Tim Pendaki ISSEMU sudah menentukan rute mana yang akan mereka jalani hingga menuju Puncak Uhuru (nama lain dari puncak tertinggi Kilimanjaro). Untuk menuju Puncak Kebebasan (Uhuru = Kebebasan) para pendaki dapat secara bebas memilih sekian banyak dari rute yang tersedia. Rute-rute menuju puncak tertinggi dibagi menjadi lima, yaitu : Marangu, Machame, Shira, Umbwe, Rongai, dan Mweka. Pada tahun 2007, Mahitala Unpar sempat melakukan sebuah ekspedisi pendakian di Kilimanjaro ini dengan menempuh rute Marangu yang terkenal dengan kelengkapan fasilitasnya dibandingkan rute-rute yang lain. Dengan alasan itulah Tim Pendaki ISSEMU menetapkan pilihan pada rute yang dirasa lebih menantang dan lebih unik.
Pilihan rute menuju puncak akhirnya jatuh pada Rute Machame. Di rute ini para pendaki tidak akan bertemu dengan mini shop, ruang tidur (hut) dan ruang makan seperti halnya yang kerap ditemui di Rute Marangu. Untuk urusan tidur pun mereka harus bermalam di dalam tenda hingga menuju Puncak. Rute Machame adalah rute terindah diantara seluruh rute yang ada. Opini ini setidaknya dikuatkan oleh buku yang berjudul Kilimanjaro: Africa’s Beacon terbitan Taman Nasional Tanzania tahun 2004. Di buku itu juga ditulis bahwa dengan menusuri Rute Machame maka para pendaki seakan melakukan napak tilas pada zaman purba Gunung Kilimanjaro.
Dengan segala macam bentangan alam yang menghadang, maka akhirnya Tim Pendaki ISSEMU berhasil menggapai Puncak Uhuru tepat pada tanggal 10 Agustus 2010 pk. 10.20 waktu setempat atau pk. 14.00 WIB. Tim Pendaki ISSEMU memulai summit day mereka dengan berjalan pada pk. 04.00 waktu setempat dari Arrow Glacier Camp (4.868 mdpl) dengan melewati Great Western Branch, sebuah kubah batu masif yang merupakan jalur alternatif tersulit menuju ke Puncak Uhuru. Perubahan jalur ini dilakukan malam sebelumnya ketika para pendaki ISSEMU mengusulkan untuk mencoba jalur yang lebih sulit kepada pihak Bobby Tours yang menjadi agen perjalanan mereka di Kilimanjaro. Perubahan jalur ini bukanlah tanpa alasan. Dengan mencoba kenaikan elevasi yang sedikit lebih tinggi, diharapkan para pendaki ISSEMU menguji ketahanan fisik mereka terhadap ancaman penyakit ketinggian. Sehingga dari sini Tim Pendaki ISSEMU mendapatkan hasil evaluasi untuk pendakian gunung-gunung selanjutnya yang akan semakin berat medannya.
Elbrus, Rusia (5.642 mdpl) – Terciptanya Indonesian Route di Sisi Utara Elbrus
Setelah berhasil mencapai Puncak Uhuru yang merupakan puncak tertinggi di Benua Afrika, Tim Pendaki ISSEMU segera melanjutkan pendakiannya menuju Negeri Beruang Merah, Rusia. Pendakian kali ini memang direncanakan secara estafet tanpa harus kembali dahulu ke Tanah Air. Selain meminimalisir budget, pendakian simultan seperti ini akan menjadi sebuah hal positif bagi para pendaki karena semakin lama di ketinggian maka semakin terbiasalah pendaki dengan ketinggian tersebut.
Negeri tempat dilahirkannya para pecatur andal ini memiliki gunung tertinggi yang hampir seluruhnya tertutup dengan salju. Dengan 2 puncak yang hampir sama tinggi (Puncak Timur dan Barat), Elbrus memberikan tantangan tersendiri bagi para pendaki kelas dunia. Mahitala Unpar sendiri pernah berkesempatan untuk mendaki atap Eropa ini pada pertengahan tahun 2009. Ketika itu Sang Dwi Warna berhasil dikibarkan tepat pada tanggal 17 Agustus 2009. Keberhasilan pertama kalinya Mahitala Unpar mencapai Puncak Barat (puncak tertinggi Elbrus) membangkitkan semangat ke 4 orang pendaki Tim ISSEMU. Dengan berbekal pengetahuan dan semangat yang baik, pada tanggal 19 Agustus 2010 pendakian menuju Puncak Barat Elbrus segera digelar.
Pada pendakian kali ini, Tim Pendaki ISSEMU memutuskan untuk menembus punggungan salju Elbrus melalui sisi Utara. Sisi Utara Elbrus mendapat pilihan utama karena minimnya fasilitas dan pendakian yang harus dilakukan secara bertahap. Sisi Utara Elbrus memberikan kesan sebuah sisi gunung yang perawan.
Tidak seperti sisi Selatan yang memang kerap menjadi jalur pilihan utama bagi pendaki. Di sisi Selatan Elbrus, para pendaki akan dipermudah dengan fasilitas kereta gantung yang akan meringankan pendaki untuk mencapai ketinggian tertentu. Penginapan dan pondok-pondok kecil pun tersedia di sana. Soal keamanan jangan diragukan lagi. Setiap saat, mobil salju atau disebut sebagai snow cat hilir-mudik untuk mengawasi para pendaki dan para penggila olahraga ski.
Tim Pendaki ISSEMU berhasil mencapai Puncak Timur Elbrus tepat pada tanggal 24 Agustus 2010 pada pk. 14.45 waktu setempat atau sama dengan pk. 17.45 WIB. Dari proses summit attack inilah ternyata tercipta sebuah jalur yang diberi nama Indonesian Route oleh para Rescuer Elbrus (sebutan untuk Jagawana atau Polisi Gunung di Elbrus) sebagai penghargaan kepada Tim Pendaki ISSEMU yang berhasil membuka jalur baru selepas Camp Lenz Rock (4.750 mdpl) tanpa ditemani oleh pemandu ataupun pendaki lainnya. “Penyerangan” menuju Puncak Elbrus adalah hal yang cukup sulit mengingat Tim Pendaki ISSEMU harus melewati medan salju curam yang memaksa mereka harus menggunakan crampon dan ice axe dengan semaksimal mungkin. Selain itu Tim Pendaki ISSEMU juga sempat dihadang oleh Jet Stream (angin kencang yang suaranya menyerupai pesawat jet) yang berkecepatan kira-kira 50-80 km/jam. Tetapi berkat kegigihan dan semangat yang dimiliki oleh empat pendaki ISSEMU ini, akhirnya Merah Putih berhasil berkibar dengan gagahnya di titik tertinggi Benua Eropa.

Sumber: http://pulsk.com/14441/Indonesia-Capai-7-Summits.html
 

Tidak ada komentar: