Dunia sains modern di awal abad
ke-20 M dibuat takjub oleh penemuan seorang ilmuwan Jerman bernama Albert
Einstein. Fisikawan berkebangsaan Jerman itu pada tahun 1905 memublikasikan
teori relativitas khusus (special relativity theory). Satu dasawarsa kemudian,
Einstein yang didaulat Majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori
relativitas umum (general relativity theory).
Teori relativitas itu dirumuskannya
sebagai E=mc2. Rumus teori relativitas yang begitu populer itu menyatakan
kecepatan cahaya adalah konstan. Teori relativitas khusus yang dilontarkan
Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan
sangat tinggi.
Sedangkan, teori relativitas umum
menyatakan, setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya
melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas itu Einstein
menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetis tidak sesuai dengan teori gerakan
Newton. Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada kecepatan yang
konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat.
Inti pemikiran kedua teori tersebut
menyatakan dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan
mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama.
Meski begitu,isi hukum fisik akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan
ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan
struktur alam semesta.
“Pertamakali saya mendapatkan ide
untuk membangun teori relativitas sekitar tahun lalu 1905. Saya tidak dapat
mengatakan secara eksak dari mana ide semacam ini muncul, namun saya yakin ide
ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak,”ungkap Einstein saat menyampaikan kuliah umum di depan
mahasiswa Kyoto Imperial University pada 4 Desember 1922.
Benarkah Einstein pencetus teori
relativitas pertama? Di Barat sendiri ada yang meragukan bahwa teori
relativitas pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, Ada yang berpendapat bahwa
Teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya
bertajuk Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems pada tahun 1632.
Teori relativitas merupakan revolusi
dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein
mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan
dasar-dasar teori relativitas. Adalah saintis dan filosof legendaris bernama
Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.
Sesungguhnya tak mengejutkan jika
ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M.
Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab
suci Alquran. Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat Alquran mengandung
pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi
alam semesta raya ini.
Aya-ayat Alquran yang begitu
menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu
meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran
para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah
ditutup-tutpi dengan cara-cara yang sangat jahat.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan
bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar
teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya.
Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti
tenggelam ditelan zaman.
Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan
seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi
dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif
dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat seperti
Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu
yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi.
“Waktu hanya eksis dengan gerakan;
benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda,”papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata, ”
…jika ada gerakan, di sana perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu
gerakan.” Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena
fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga
absolut.
Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi
itu sangat sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas
umum. “Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu
menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar Einstein dalam La
Relativite. Menurut Einstein, kenyataannya pendapat yang dilontarkan oleh
Galileo, Descartes dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang
sebenarnya.
Menurut Al-Kindi, benda, waktu,
gerakan dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke
obyek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama
dengan apa yang diungkapkan Einstein.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi
mencontohkan seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih kecil
atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang
itu naik ke atas langit , dia melihat pohon-pohon lebih kecil, jika dia
bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.
“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu
itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi kita dapat mengatakan itu lebih
kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan
Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
Menurut Einstein, tak ada hukum yang
absolut dalam pengertian hukum tak terikat pada pengamat. Sebuah hukum, papar
dia, harus dibuktikan melalui pengukuran. Al-Kindi menyatakan, seluruh fenomena
fisik, seperti manusia menjadi dirinya adalah relatif dan terbatas.
Meski setiap individu manusia tak
terbatas dalam jumlah dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan,
benda, ruang juga terbatas. Einstein lagi-lagi mengamini pernyataan Al-Kindi
yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. “Eksistensi dunia ini terbatas,
meskipun eksistensi tak terbatas,” papar Einstein.
Dengan teori itu, Al-Kindi tak hanya
mencoba menjelaskan seluruh fenomena fisik. Namun, juga dia membuktikan
eksistensi Tuhan, karena itu adalah konsekuensi logis dari teorinya. Di akhir
hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan. Teori relativitas yang
diungkapkan kedua ilmuwan berbeda zaman itu itu pada dasarnya sama. Hanya saja,
penjelasan Einstein telah dibuktikan dengan sangat teliti.
Bahkan, teori relativitasnya telah
digunakan untuk pengembangan energi, bom atom dan senjata nuklir pemusnah
massal. Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya itu untuk membuktikan
eksistensi Tuhan dan Keesaannya. Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis
Muslim tentang teori relativitas itu itu tak banyak diketahui.
Relativitas dalam Alquran
Alam semesta raya ini selalu
diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada umat manusia
merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Alquran merupakan
petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakqwa. Untuk membuka selimut misteri
alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan agar manusia berpikir.
Inilah beberapa ayat Alquran yang
membuktikan teori relativitas itu:
“…. Sesungguhnya sehari di sisi
Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj:47).
“Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya
(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5).
“Yang datang dari Allah, yang
mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap)
kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”(QS:70:3-4).
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu,
kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana jalannya
awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS: An-Naml:88).
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah
lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari
atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah
berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui’.” (QS:
23:122-114)
Karena kebenaran Alquran itu, konon
diakhir hayatnya Einsten secara diam-diam juga telah memeluk agama Islam. Dalam
sebuah tulisan, Einstein mengakui kebenaran Alquran.“Alquran bukanlah buku
seperti aljabar atau geometri. Namun, Alquran adalah kumpulan aturan yang
menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para
filosof besar,” ungkap Einstein. Wallahualam…[/size]
Sumber Oleh:
Heri Ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar