Dunia
Islam di zaman kekhalifahan sempat menjelma sebagai pusat studi astronomi dan
astrologi. Studi astronomi dan astrologi mulai berkembang pada era kepemimpinan
Khalifah Al-Mansyur sebagai penguasa ketiga Kekhalifahan Abbasiyah di abad ke-8
M. Studi astronomi dan astrologi di dunia Islam kian menggeliat sejak
ditemukannya astrolabe oleh Al-Fazari.
observatorium samarkand
Menurut
sejarawan sains, Donald Routledge, kedua ilmu yang telah menguak rahasia langit
itu mencapai puncak kejayaannya dalam peradaban Islam dari tahun 1025 M hingga
1450 M. Pada masa itu, di berbagai wilayah kekuasaan Islam telah lahir sederet
astronom dan astrolog Muslim serta sejumlah observatorium yang besar dan megah.
Tak dapat dimungkiri bahwa sederet astronom dan astrolog Muslim terkemuka,
seperti Nasiruddin at-Tusi, Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu
Al-Syatir, Abdur Rahman as-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, Al-Farghani,
Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar, dan lainnya, telah memberi sumbangan
penting bagi pengembangan astronomi dan astrologi.
Bukti
kejayaan yang diraih peradaban Islam dalam astronomi dan astrologi dapat
dibuktikan melalui penamaan bintang dan sederet kawah bulan dengan nama-nama
yang berasal dari bahasa Arab. Muslim Heritage Foundation mencatat ratusan nama
bintang yang berasal dari peradaban Islam. Para astronom Muslim pada awalnya
mengenal nama-nama bintang dari Almagest karya Ptolemeus–astronom Yunani yang
hidup pada abad ke-2 M. Setelah menguasai pengetahuan serta teknologi dalam
bidang astronomi dan astrologi, para ilmuwan Muslim pun mulai memberi nama
bintang-bintang yang berhasil mereka temukan.
Sejarawan
Jerman yang juga ahli dalam penamaan bintang dalam astronomi Islam, Paul
Kunitzsch, mengungkapkan, ada dua tradisi penamaan bintang yang diwariskan oleh
peradaban Islam. Pertama penamaan bintang melalui dongeng. Paul menyebut
penamaan bintang secara tradisional ini sebagai indigenous-Arabic. Yang kedua,
menurut Paul, penamaan bintang secara ilmiah (scientific-Arabic). Sayangnya,
penamaan bintang yang dilakukan para ilmuwan Muslim telah dibelokkan oleh
peradaban Barat. Hal itu dilakukan saat buku-buku teks bahasa Arab diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12 M. Buku-buku teks bahasa Arab yang
ditulis para astronom dan astrolog Muslim dengan sengaja dirusak sehingga
maknanya pun berubah.
Selain
itu, perusakan alih bahasa itu juga membuat nama-nama bintang yang ditemukan peradaban
Islam kehilangan arti. Tak cuma itu, nama bintang juga secara sengaja
dipindahkan dari satu ke yang lain. Sehingga, posisi bintang yang telah
ditetapkan oleh para astronom dan astrolog Muslim itu berada dalam peta bintang
yang berbeda. Untungnya, sebagian besar nama bintang yang diadopsi masyarakat
Barat sejak bergulirnya Renaisans masih dalam bahasa Arab yang asli.
Salah
seorang astronom Muslim yang sangat berpengaruh dalam penamaan bintang adalah
Abu al-Husain `Abd Al-Rahma-n Al-Sufi (903 M-986 M). Orang Barat mengenalnya
dengan panggilan Azophi. Al-Sufi secara sistematis berhasil merevisi katalog
bintang yang dibuat Ptolemeus. Ia mengubah Almagest yang populer itu dengan
Kitab Suwar al-Kawakib (Kitab Bintang-Bintang Tetap). Kitab yang dirampungkannya
pada 964 M itu memang berbasis pada warisan astronomi Yunani. Meski begitu,
nama-nama bintang yang tercatat dalam kitabnya itu berasal dari penemuannya
sendiri dan diberi nama dalam bahasa Arab. Salinan kitab karya Al-Sufi itu
sempat ditulis ulang olah putranya sekitar tahun 1010 M. Kini, kitab itu
tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Oxford.
Menurut
Paul, tradisi masyarakat lokal di negeri Muslim yang tersebar di Semenanjung
Arab dan Timur Tengah memiliki nama tersendiri untuk beragam bintang yang terang,
salah satunya adalah Aldebaran. Paul menambahkan, kerap kali masyarakat Muslim
memperlakukan bintang tunggal seperti orang atau binatang. Bintang yang dikenal
sebagai Alpha dan Beta Ophiuchi, tutur dia, dianggapnya sebagai anjing gembala.
Paul menemukan fakta adanya penamaan bintang dalam bahasa Arab yang terdapat
dalam buku Almagest karya Ptolemeus. “Contohnya nama bintang Fomalhaut berasal
dari bahasa Arab yang berarti ‘mulut ikan dari selatan’,” ungkap Paul.
Dalam
kitab yang ditulisnya, astronom Muslim, Al-Sufi, telah mencatat hasil
observasinya tentang Galaxi Andromeda. Ia menyebutnya sebagai ‘awan kecil’.
Al-Sufi pun tercatat sudah berhasil melakukan observasi dan menjelaskan
bintang-bintang, posisinya, jarak, dan warna bintang-bintang itu. Ia juga mampu
membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni Kitab Suwar
al-Kawakib itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12, baik
penjelasan teksnya maupun gambarnya.
Dari
kitab inilah, masyarakat Barat salah satunya mengenal nama-nama bintang.
Nama-nama bintang di luar angkasa yang ditemukan para ilmuwan Islam itu
merupakan salah satu jejak kejayaan Islam. Nama Islam di Galaxi Peradaban Islam
telah turut memberi nama ratusan hingga ribuan bintang dalam populasi galaksi.
Dari sederet nama bintang yang ditemukan dan dinamai ilmuwan Muslim itu, hingga
kini masih ada yang dipakai, bahkan ada pula yang sudah lenyap dan tak
digunakan lagi oleh peradaban modern.
Berikut
ini beberapa contoh nama bintang yang berasal dari warisan kejayaan Islam.
No
Nama Populer Nama
Arab Bintang
1.
Acamar
Akhir an-Nahr
Theta Eri
2.
Achernar
Akhir
an-Nahr Alpha Eri
3.
Acrab
Al-’Aqrab
Beta Sco
4.
Acubens
Az-Zubana
Alpha Cnc
5.
Adhafera
Ad-Dafirah
Zeta Leo
6.
Adhara
Al-’Adhara
Epsilon CMa
7.
Ain
‘Ain
Epsilon Tau
8.
Albali
Al-Bali’
Epsilon Aqr
9.
Alchibah
Al-Khiba’
Alpha Crv
10.
Aldebaran Ad-Dabaran
Alpha Tau
11.
Alderamin Adh-Dhira’ al-Yamin?
Alpha Cep
12.
Alfirk
Al-Firq
Beta Cep
13.
Algedi
Al-Jady
Alpha Cap
14.
Algenib
Al-Janb
Gamma Peg
15.
Algieba
Al-Jabhah
Gamma Leo
16.
Algebar
Al-Jabbar
Beta Ori
17.
Algol
Al-Ghul
Beta Per
18.
Algorab
Al-Ghurab
Delta Crv
19.
Alhena
Al-Han’ah
Gamma Gem
20.
Alioth
Al-Jawn
Epsilon UMa
21.
Alkaid
Al-Qa’id
Eta UMa
22.
Alkes
Al-Ka’s
Alpha Crt
23.
Almak
’Anaq
al-Ard
Gamma And
24.
Almeisan
Al-Maisan
Gamma Gem
25.
Alnair
An-Nayyir
Alpha
Gru
26.
Alnair
An-Nayyir
Zeta
Cen
27.
Alnilam
An-Nidham
Epsilon
Ori
28.
Alnitak
An-Nitaq
Zeta Ori
29.
Alphard
Al-Fard
Alpha Hya
30.
Alphecca
Al-Fakkah
Alpha CrB
(
sumber: Muslim Heritage).
Abadi
di Kawah Bulan.
Sebagai
bentuk pengakuan dunia terhadap sumbangan peradaban Islam, sebanyak 24 ilmuwan
dan ulama Muslim terkemuka di era kejayaan telah diabadikan menjadi nama kawah
bulan. Pemberian nama ke-24 ilmuwan Muslim itu pun telah mendapat pengakuan
dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Hanya satu nama tokoh Muslim
yang tak diakui IAU menjadi nama kawah bulan, yakni Muhammad Abduh (1849 M-1905
M). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara
bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970, dan 1976.
Pada
awalnya, nama ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan itu disebut dalam
bahasa Latin, seperti Alhazen, Azophi, Alpetragius, Albataneus, Alfraganus, dan
lainnya. Namun, kemudian diberi nama aslinya dalam bahasa Arab.
Berikut
nama-nama tokoh dan ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan.
1.
Abulfeda. (1273 M-1331 M).
Nama
lengkapnya Isma’il Ibn Abu al-Fida. Ia adalah ahli geologi dari Suriah
2.
Abulwafa. (940 M-998 M).
Bernama
lengkap Abu al-Wafa al-Buzajani. Matematikus dan astronom asal Persia
3.
Al-Bakri. (1010 M-1094 M).
Geografer
Muslim asal Andalusia itu bernama Abu `Ubayd Abdallah Ibn `Abd al-Aziz Ibn
Muhammad al-Bakri.
4.
Al-Biruni. (973 M-1048 M).
Ilmuwan
serba bisa yang populer di Afghanistan dan India itu bernama lengkap Abu
ar-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Dia seorang astronom, matematikus, dan
geografer
5.
Al-Khwarizmi.
Matematikus
dan astronom kelahiran Khwarizmi itu bernama lengkap Muhammad ibnu Musa
al-Khwarizmi.Al-Marrakushi.
6.
Abu `Ali al-Hasan Ibn `Ali al-Marrakushi adalah astronom dan matematikus asal
Maroko dan bekerja di Mesir pada abad ke-13 M.
7.
Albategnius.
Muhammed
bin Jaber Al-Battani dikenal di dunia Barat dengan panggilan Albategnius. Dia
seorang astronom dan matematikus yang berasal dari Harran,
Mesopotamia.Alfraganus.
8.
Abu ‘l-’Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farghani adalah astronom
terkemuka di Baghdad yang berasal dari Iran pada abad ke-9 M.
9.
Alhazen. (987 M-1038 M).
Nama
aslinya adalah Abu Ali al-Hasan Ibn al Haytham. Ahli fisika, matematika, dan
astronomi itu mengabdikan hidupnya di Mesir
10.
Almanon. Ini merupakan nama panggilan orang Barat terhadap Abu Ja’far Abdallah
al-Ma’mun ibnu Harun al-Rashid. Khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang
berkuasa pada 813 M-833 M.
11.
Alpetragius. Astronom asal Andalusia itu bernama Abu Ishaq Nur al-Din
Al-Bitruji Al-Ishbili.Arzachel. Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim ibn
Yahya al-Naqqash al-Zarqalluh or al-Zarqali. Matematikus terkemuka ini berasal
dari Toledo, Andalusia.
12.
Avicenna. (980 M-1037 M).
Ilmuwan
legendaris Muslim itu bernama Abu `Ali al-Hussayn Ibn Sina Azophi. Nama
lengkapnya Abdurrahman Al-Sufi. Dia adalah astronom terkemuka yang menulis
tentang bintang.Geber. Astronom abad ke-12 M asal Andalusia itu sebenarnya
bernama Abu Muhammad Jabir Ibn Aflah al-Ishbili.
13.
Ibnu Battuta.
Penjelajah
dan geografer Muslim asal Maroko itu bernama Abu Abd Allah Muhammad
Ibn
`Abd Allah Ibn Battuta.
14.
Ibnu Firnas. Orang Barat menyebutnya Armen Firman. Insinyur pencipta kapal
terbang itu bernama lengkap Abbas Ibn Firnas.
15.
Ibnu Yunus. (950 M-1009).
Astronom
Mesir itu bernama Abu al-Hasan bin Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi.
16.
Ibnu-Rushd. Dokter dan filsuf Muslim asal Andalusia ini bernama Abu al-Walid
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rushd.
17.
Messala.Nama lengkapnya adalah Ma-sha’ Allah ibnu Athari al-Basri. Dia adalah
astronom asal Irak.
18.
Nasiruddin.
Ilmuwan
terkemuka asal kota Tus, Khurasan, ini bernama lengkap Muhammad ibnu Muhammad
ibnu al-Hasan al-Tusi.
19.
Omar Khayyam. Dia adalah sastrawan, astronom, dan matematikus terkemuka asal
Persia yang hidup pada abad ke-11 M. Dia juga dikenal dengan panggilan
al-Khayyami. 20. Thebit. Ilmuwan asal Irak ini bernama lengkap Thabit Ibn
Qurrah al-Sabi’ al-Harrani 21. Thabit Ibn Qurra. Ia hidup pada abad ke-9 M.
22.
Ulugh Beigh. Dia adalah penguasa Dinasti Timurid yang juga mencintai astronomi
serta sempat membangun observatorium. Nama lengkapnya adalah Mirza Mohammad
Taragai bin Shahrukh.
REPUBLIKA
– Selasa, 21 Oktober 2008.
Diambil
dari :
Wallahu’alam
bish shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar